18 April 2008

SUARA PENGGEMBALAAN

Peristiwa penyembuhan dan pemulihan, lazim orang sebut sebagai mujizat oleh karya kuasa Allah, yang terjadi di Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, telah menarik perhatian banyak orang baik berupa kekaguman, maupun berupa pertanyaan-pertanyaan dari sebagian orang, termasuk dari warga Gereja Toraja. Ada warga jemaat yang mengajukan pertanyaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui komunikasi pesan singkat (SMS). BPS Gereja Toraja telah mengikuti perkembangan dari apa yang sering disebut FENOMENA MEKO itu sejak pertengahan Maret 2007. BPS Gereja Toraja telah berusaha mencari informasi dari berbagai pihak, misalnya dari Ketua I Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) yaitu Pdt. Ishak Poleh, pendeta-pendeta GKST yang dilibatkan melayani bersama Selvin dan Ibunya sejak mulainya Fenomena Meko misalnya Pdt. Rinaldy Damanik dan Pdt. James Salarupa, dan pendeta-pendeta Gereja Toraja yang melayani di jemaat-jemaat yang berdekatan dengan lokasi, terutama Pdt. Gideon Tulak di Jemaat Kanaan Meko dan Pdt. Petrus Se’seng di Jemaat Yizreel Bancea. Bahkan untuk mendapat kepastian apa sesungguhnya yang terjadi di Meko, Pdt. Soleman Batti’ (Ketua Umum), Pdt. I.Y. Panggalo (Sekretaris Umum), dan Pdt. J.K. Parantean, M.Th. (Ketua I) BPS Gereja Toraja telah datang ke Meko untuk mengalami secara langsung suasana ibadah-ibadah di mana penyembuhan dan pemulihan bagi banyak orang itu terjadi. Berdasarkan pengalaman itulah BPS Gereja Toraja mengeluarkan surat yang disebut SUARA PENGGEMBALAAN TENTANG FENOMENA MEKO ini.

Kepada segenap Warga Jemaat Gereja Toraja Yang Dikasihi Tuhan!

Pada tanggal 6 Januari 2007, seorang anak kecil usia 8 tahun, bernama Selvin (anak keempat dan bungsu dari pasangan suami istri Alfons Bungge dengan Mariati Sologi), diperkenan Tuhan menyembuhkan ibunya yang sedang sakit. Menurut penuturannya, penyembuhan itu terjadi karena disuruh oleh Tuhan Yesus yang disebutnya ”Tete Manis”. Dia disuruh menyembuhkan banyak orang. Penyembuhan atas ibunya itu disusul dengan penyembuhan atas orang-orang sakit lainnya di Meko. Selanjutnya berita tentang kuasa penyembuhan ilahi itu mulai menyebar dari mulut ke mulut, dari lingkaran kecil Meko, beranjak ke daerah sekitarnya, dan semakin lama semakin ke luar dan meluas. Orang-orang yang telah mendapatkan kesembuhan di Meko menyampaikan berita sukacita itu kepada keluarga, teman-teman, tetangga, dll. Penyebaran berita penyembuhan ilahi itu juga begitu cepat melalui telepon selular, baik melalui informasi suara maupun informasi tertulis dalam bentuk SMS. Konon warga Gereja Toraja dan masyarakat Toraja termasuk yang terbanyak pergi ke Meko. Dan, syukur kepada Tuhan karena kita jugalah yang paling banyak mengalami karunia kesembuhan dan kepulihan. Namun, karena ada pertanyaan-pertanyaan dan mungkin juga perbedaan pendapat yang muncul, maka Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja menyampaikan suara penggembalaan ini kepada seluruh warga Gereja Toraja:

1. Pengakuan Gereja Toraja Bab I ayat 2 mengatakan, ”Allah itu adalah satu-satunya sumber kehidupan, berkat, dan kebaikan. Hanya Dialah yang boleh disembah.” Patokan Gereja Toraja untuk melihat peristiwa Meko adalah Alkitab dan Pengakuan Gereja Toraja. Kesembuhan, kepulihan, dan kebertobatan yang banyak orang alami di Meko tidak bisa dianggap berasal dari yang bukan Allah. Kita percaya bahwa Allah mahakuasa sepanjang masa. Dia hadir di segala waktu dan tempat. Firman Tuhan dalam Matius 18:20 mengatakan ”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Tuhan hadir di tempat di mana Nama-Nya disembah dan dimuliakan dalam perkumpulan. Tuhan dapat bertindak di mana saja dan kapan saja Ia berkehendak. Tidak ada yang dapat menjadi penasihat Tuhan. ”Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?” (Yes 40:13). Kalau Dia berkehendak memilih seorang anak sekolah yang baru duduk di kelas III bernama Selvin, dan kemudian juga Ibunya (Ibu Mariati Sologi), serta daerah Meko untuk menyatakan karunia penyembuhan-Nya atas penderitaan sebagian umat manusia, maka hanya iman yang bisa menerimanya. Mungkin juga ada yang tidak percaya dengan alasannya sendiri.

2. Apa dan bagaimana pendapat Gereja Kristen di Sulawesi Tengah sendiri, di mana Selvin dan Ibunya menjadi anggota? Salah satu SMS yang kami terima dari Ketua I Majelis Sinode GKST berbunyi, ”Ketika terjadi kerusuhan di Poso dan Sulteng, di mana pendeta kami ditembak di atas mimbar, Bendahara dibunuh di jalan raya, anak-anak sekolah dipancung kepalanya, Sekum GKST mati ditembak di Palu, gedung-gedung gereja dibakar, sebagian besar warga gereja mengungsi, sesungguhnya kami telah menaruh tanda tanya besar tentang iman kami, apakah memang Kristus itu ada? Tetapi peristiwa di Meko kembali meneguhkan iman kami, dan percaya dengan sungguh bahwa Kristus benar-benar hidup.” Demikian juga pernyataan GKST dalam buku Fenomena Mujizat Kesembuhan Ilahi di Meko, yang ditulis oleh Pdt. Dr. Tertius Y. Lantigimo, “Fenomena Meko adalah pekerjaan Roh Kudus. Tuhan menyatakan kasih dan kuasa-Nya bagi nereka yang menyatakan pertobatan, dan menghubungkan manusia yang satu dengan manusia yang lain tanpa dibatasi oleh aliran, agama, suku, dan ras.” Merenungkan hal itu maka sesungguhnya sedang terjadi sebuah proses rekonsiliasi dengan cara Allah sendiri tanpa panitia dan tanpa perjanjian-perjanjian dari mereka yang bertikai seperti yang dilakukan orang selama ini. Dengan begitu, juga telah terjadi proses penyembuhan luka-luka sosial yang diakibatkan oleh konflik yang berkepanjangan. Tepatlah yang berulang kali disampaikan oleh ibunya Selvin, “Janganlah datang ke sini untuk berobat. Di sini tidak ada pengobatan, tetapi yang ada ialah pertobatan.“ Dengan pertobatan itu maka Allah berkenan menyembuhkan “luka-luka“ yang diderita manusia. Kalau anda bertobat dan Tuhan berkenan menyembuhkan maka anda pun sembuh.

ada pertanyaan-pertanyaan dan mungkin juga perbedaan pendapat yang muncul, maka Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja menyampaikan suara penggembalaan ini kepada seluruh warga Gereja Toraja:

1. Pengakuan Gereja Toraja Bab I ayat 2 mengatakan, ”Allah itu adalah satu-satunya sumber kehidupan, berkat, dan kebaikan. Hanya Dialah yang boleh disembah.” Patokan Gereja Toraja untuk melihat peristiwa Meko adalah Alkitab dan Pengakuan Gereja Toraja. Kesembuhan, kepulihan, dan kebertobatan yang banyak orang alami di Meko tidak bisa dianggap berasal dari yang bukan Allah. Kita percaya bahwa Allah mahakuasa sepanjang masa. Dia hadir di segala waktu dan tempat. Firman Tuhan dalam Matius 18:20 mengatakan ”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Tuhan hadir di tempat di mana Nama-Nya disembah dan dimuliakan dalam perkumpulan. Tuhan dapat bertindak di mana saja dan kapan saja Ia berkehendak. Tidak ada yang dapat menjadi penasihat Tuhan. ”Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?” (Yes 40:13). Kalau Dia berkehendak memilih seorang anak sekolah yang baru duduk di kelas III bernama Selvin, dan kemudian juga Ibunya (Ibu Mariati Sologi), serta daerah Meko untuk menyatakan karunia penyembuhan-Nya atas penderitaan sebagian umat manusia, maka hanya iman yang bisa menerimanya. Mungkin juga ada yang tidak percaya dengan alasannya sendiri.

2. Apa dan bagaimana pendapat Gereja Kristen di Sulawesi Tengah sendiri, di mana Selvin dan Ibunya menjadi anggota? Salah satu SMS yang kami terima dari Ketua I Majelis Sinode GKST berbunyi, ”Ketika terjadi kerusuhan di Poso dan Sulteng, di mana pendeta kami ditembak di atas mimbar, Bendahara dibunuh di jalan raya, anak-anak sekolah dipancung kepalanya, Sekum GKST mati ditembak di Palu, gedung-gedung gereja dibakar, sebagian besar warga gereja mengungsi, sesungguhnya kami telah menaruh tanda tanya besar tentang iman kami, apakah memang Kristus itu ada? Tetapi peristiwa di Meko kembali meneguhkan iman kami, dan percaya dengan sungguh bahwa Kristus benar-benar hidup.” Demikian juga pernyataan GKST dalam buku Fenomena Mujizat Kesembuhan Ilahi di Meko, yang ditulis oleh Pdt. Dr. Tertius Y. Lantigimo, “Fenomena Meko adalah pekerjaan Roh Kudus. Tuhan menyatakan kasih dan kuasa-Nya bagi nereka yang menyatakan pertobatan, dan menghubungkan manusia yang satu dengan manusia yang lain tanpa dibatasi oleh aliran, agama, suku, dan ras.” Merenungkan hal itu maka sesungguhnya sedang terjadi sebuah proses rekonsiliasi dengan cara Allah sendiri tanpa panitia dan tanpa perjanjian-perjanjian dari mereka yang bertikai seperti yang dilakukan orang selama ini. Dengan begitu, juga telah terjadi proses penyembuhan luka-luka sosial yang diakibatkan oleh konflik yang berkepanjangan. Tepatlah yang berulang kali disampaikan oleh ibunya Selvin, “Janganlah datang ke sini untuk berobat. Di sini tidak ada pengobatan, tetapi yang ada ialah pertobatan.“ Dengan pertobatan itu maka Allah berkenan menyembuhkan “luka-luka“ yang diderita manusia. Kalau anda bertobat dan Tuhan berkenan menyembuhkan maka anda pun sembuh.

Tidak ada komentar: