28 Februari 2008

Panitia Kongress PPGT di Samarinda 2008

KOMPOSISI DAN PERSONALIA
PANITIA KONPERENSI STUDY DAN KONGRES XII PPGT

I: Pengayom / Pelindung
1. Gubernur Kalimantan Timur
2. PANGDAM VI Tanjung Pura
3. KAPOLDA Kalimantan Timur
4. Walikota Samarinda
5. DANREM 091 ASN Samarinda
6. KAPOLTABES Samarinda
7. PGIW Kalimantan Tomur
8. KAKANWIL DEPAG Kalimantan Timur
9. Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur
10. Kepala Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur
11. IKAT Wilayah Kalimantan Timur

II. Penasihat
1. Majelis Pertimbangan Gereja Toraja
2. BPMS Gereja Toraja
3. BVGT
4. BPMK Kaltim Samarinda
5. BV Kaltim Samarinda
6. BPMJ Samarinda
7. Panglima Komando Pertahanan Adat Dayak Kaltim
8. B.S. Suba.
9. Dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG
10. Drs. Kala Tiku Paembonan, M.Si
11. DR.HC.Luther Kombong
12. Drs.D.B. Paranoan, M.Si
13. Drs. J.Tulili
14. Dr. Manthurio, Sp.A
15. Benny Anthoni
16. Pdt. Drs. Yan Boong
17. Pdt. Agustinus Lukas, S.Th, M.Min
18. Yakobus Kamarlow Mayong Padang, SH
19. Jhoni Palayukan, SH
20. Dr. Matius Popang.
21. Ir. Firsen Allo Todang, M, Si
22. Drs. Daud Tandiarrang, M.Si
23. Ir. Tempang Bandaso, MT
24. Pdt. Theo Kobong
25. Pdt. A.J.T. Allorerung
26. Pdt. Ruben Tanggulungan
27. Pdt. J.K. Parantean, M,Th
28. Pdt. Drs. Luther Tamba
29. Drs. C.L. Palimbong

30. Lukas Sombo layuk
31. Drs. Habel Pongsibidang
32. Pdt. Soleman Allolinggi’, M.Si
33. Ir. Nico Biringkanae
34. Antonius Sampetoding, SE
35. Carles Weisman Batara Rundupadang, SH
36. Drs. M.L. Bumbungan
37. Paulus Tangke, S.PAK, M.Pd
38. Martinus G. Lebang
39. Agustinus
40. Pdt. D.H.B. Sampetoding, S.Th
41. Pengurus PPGT Klasis Kaltim Samarinda
42. BPM-GT Jemaat Samarinda
43. Pengurus PPGT Jemaat Samarinda

III. Panitia Pengarah
Ketua: Barnabas Kala’lembang, SH
Wakil Ketua: Ludia Sampe, SH
Sekretaris: Pdt. Adrial Lintin, S.Yh
Wakil Sekretaris: Rosiana, S.Th
Anggota:
44 Hendrik Kalalembang, SH
45 DR. Enos Tangke Arung
46 Drs. Pasang Rapa’
47 Ir Mathias Manappa
48 Pdt. Duma Tonda, S.Th, MM
49 Ir. Agustinus La’lang, M.Si
50 Datin Palembangan, SE, MM
51 Yunus Buana Patiku
52 Pdt. Albatros Palilu, M.Teol
53 Octo Victor Limbong, ST
54 Drs. Yacob Manika
55 Dr. Marthin Luther
56 Ir Dedy Palimbong
57 Daud Pirade, SH
58 Yohanis Lintin Paembongan

IV. PENANGGUNG JAWAB: : Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja

V. Panitia Pelaksana
Ketua Umum: Set Asmapane, SE, M,Si, AK
Ketua Bidang Kesekretariatan, Ibadah, Acara, Persidangan: Pdt. Yohanis L.Tatung, S.Th
Ketua Bidang Dana, Transportasi, Penerangan: Yulianus Parrangan, SE, M.Si
Ketua Bidang Konsumsi, Akomodasi, Dekorasi/Dokumentasi: Ir. Marthin M. Sanda, M.Si
Ketua Bidang Humas/Publikasi, Keamanan, Kesehatan: Dr. Ferry Rabang.
Sekretaris Umum: Ferry Pata’dungan, SE

Sekretaris Bidang Kesekretariatan, Ibadah, Acara, Persidangan : Santi Rande, S.Sos, M,Si
Sekretaris Bidang Dana, Transportasi, Penerangan : Selvi Pakabu’, S.Hut
Sekretaris Bidang Konsumsi, Akomodasi, Dekorasi/Dokumentasi : Nelsar
Sekretaris Bidang Humas/Publikasi, Keamanan, Kesehatan: David Arimustika, SE
Bendahara Umum,,: Erna Kalalembang, SE
Wakil Bendahara Umum: Milka Melly Sanda, SE

Seksi-Seksi:

Kesekretariatan:
Koordinator: Nathaniel Dengen, S.Si, M.Si
Anggota:
1 Yosrin T, ST
2 Ernita Obeth, SP, M.Agribus
3 Yuli Pakabu, S.Kom
4 Soerenden, SE
5 Anton Topadang, S.Kom
6 Set Borong
7 Yulius Bimbin, S.Kom,
8 Ruth Sukarya, A.Md
9 Asnivianti, R.B
10 Eta Pasang, SIP
11 Dany Josef, SE
12 Silda
13 Yanti

Ibadah/Acara:
Koordinator: Dorce Lukas, S.PAK, M.Pd
Anggota,:
1. Pdt. D.S. Dariman, S.Th
Pdt. Konia Maluda, S.Th
Pdt. Daniel Rambak, S.Th
Pdt. Asni Lintin, S.Th
Yamin Arruan, SE
Mieke Dariman
Pdt. Dela Bruri Safar, S.Th
Pdt. Petrus Tangke Allo, S.Th

Persidangan
Koordinator: Yonathan Tanduk, S.Pi
Anggota:
Arman Toding Pali’, A.Md
Ir. Heriad Daud Salusu,MP
Drs. Paulus Untung
Marthen, ST
Pdt. Yesaya Tulak, S.Th

Yertin Ratu, SH
Kom Sangtutu
Musa Herry, SE
Agustinus Bhakti Parrangan, S.Pd
Chrismas Pamangin, S.Sos

Dekorasi/Dokumentasi
Koordinator : Leo Palembangan, SE
Anggota:
Yosi Mangiwa, S.Sos.
Kristian Salusu
Ir. Gita Parinding
Amos Mallua
Ivan Parrangan
Isak Mambela
Adi Tirma Patibong
Adolfina Palinoan, SH

Dana
Koordinator: Markus Paranoan, SE.
Anggota
Ir. Edy Ronting
Isak Sakke, S.Hut
Ardi Rumengan, S.Pd
David Turuk Allo, SE
Pdt. Drs. Soleman Tolangi
Saul Pabendon, SE,14
Andarias Anto, A.Md
Isak Pali’
Ir. Yance Darussa
Theo Philus Patiung, SH
Ketua PPGT se-Klasis Kaltim Samarinda

Transportasi
Koordinator: Ir. Samara Massolo
Anggota:
Ir. Ishak Yan
Rony Pasiangan, ST, M.Si
Agustinus, SH
Tandi Kadang, SE
Agustinus Lamma, ST.
David Ratte, SE
Elvis Pagadi, ST
Taufik Yunanto, A.Md
Indra Pasang


Konsumsi
Koordinator : Christina Randa Bunga’
Anggota:
Lismar Belo Lintin
Katrina Sambira
Cornelia Paembong
Margarice Ganna
Dina Obeth
Ludya Rombe
Yori Patulungan
PWGT Jemaat Bukit Zaitun Samarinda Ulu
PWGT Jemaat Samarinda

Penerangan
Koordinator: Nathan, ST
Anggota:
Yulius Arung Bua’
Jan Sandi Palimbunga, A.Md
Aris Paembonan
Limba Pirade, SE
Joni ( Selili )

Akomodasi
Koordinator : Ir. Belo Lintin, MM
Anggota:
Harold Sambo, SE, M.Si
Drs. Daniel Samperuru
Ir. Antonius Ratte
Yulius Kombong
Banna Benyamin, SH
Drs. Daud Toding
Dra. Merry Tanan
Ludia Murdjono, BE
Dra. Abida Lepong, M.Kes
Soekowati Samben, S.Sos
Dra. Septiwin Hungau Lolongan
Sekretaris PPGT se-Klasis Kaltim Samarinda

Perlengkapan
Koordinator : Senos Ratu, SE
Anggota:
Aris Sampe, SH
Herman Toni
Armin Gasong
Drs. Yacob Pasang
Agustinus Paembonan, S.Sos

Beny Octovianus, ST
Petrus Kadang Allo
Evi Baan

Humas/Publikasi:
KoordinatorMarthen Rerung, S.Hut
Anggota :
Salmon Paembonan, SP
Pdt. Daniel Massarrang, S.Th
Joni Palelleng, ST,
Swardi Tandiring, S.Sos
Yunus
Yoel

Keamanan,
Koordinator : Immanuel Salubongga
Anggota:
Salmon Paramma
Daud Tasik Linggi
Abrianto
Yansen Paulus
Alpius Boro Toding

Kesehatan
Koordinator : Dr. Naomi P. Panggalo, Sp.M
Anggota:
Dr. Heny Pasolang, Sp.PD
Dr. Merry Tandiarrang Sumual
Dr. Nathaniel Tandirogang
Dr. Efraim Manginte, MPH
Dr. Daud Pongtuluran
Drg. Dona Sarangnga’
Dr. Dience A. Panding, Sp.OG
Drg. Nova Paranoan.
Paulina, S.Kes
Dra. Rina Loriana Toding, M.Kes
Naomi Bunga, A.Md, Kep
Erniwati Sangtutu, A.Md,Fis

27 Februari 2008

Terpilih di Balikpapan: PP KARGT 2008 - 2013

Persidangan KARGT berlangung di Balikpapan pada tanggal 21-23 Pebruari 2008 dibuka secara resmi oleh Pdt. Soleman Batti, M.Th selaku Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja dan berhasil memilih pengurus baru untuk masa bakti 2008 - 2013 yaitu: Ketua: Elianus Samben, SP, Sekretaris Umum Pdt Soleman Allolinggi, S.Th. M.Si wakil Sekretaris M. Palomban, bendahara Lousie Rongre.

Berita ini akan kami lengkapi . . .

20 Februari 2008

Pembukaan Pelatihan calon Proponen

Salah satu bentuk penyiapan calon proponen Gereja Toraja yang sudah lolos penjaringan adalah pelatihan yang akan berlangsung selama tiga bulan. Selama pelatihan para peserta akan tinggal di Pusat Pelatihan dan Pembinaan Kalambe. Ibadah pembukaan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 19 Pebruari 2008 dihadiri pengurus Intitut Gereja Toraja dan dibuka oleh Pdt. I.Y. Panggalo, D.Th, Sekretaris Umum Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja.
Selama pelatihan akan disajika sejumlah materi yang akan menjadi bekal dalam rangka melasuki pelayanan selaku Proponen Gereja Toraja. Pelatihan dirancang sedemikian rupa sehingga para pembawah materi hanya bertindak selaku fasilitator dan pesertalah yang lebih banyak memberikan pemikiran dan diskusi. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang daya kreatifitas berpikir dan juga membangun nalar, karanter dan dinamika kebersamaan dalam bentuk diskusi dan kerja kelompok.
Adapun peserta pelatihan yang akan berlangsung dari tanggal 19 Pebruari – 6 Mei 2008 sebanyak 30 orang yaitu: Adriani Sandadua Talebong, Arny Pabunta, Ayub Toding, Bambang Sugiarto Palamba’, Cory Situru’, Damaris Sapan Rante, Daud Matana, Djoni So’ba, Firdaus Sattu, Frederik, Gustina Saruran, Henry, Juirban, Junimar Marthen, Kornelius Banne La’bi’, Liana Madaun, Nency Ranny Lino, Nopriyanti Bunganan, Petrus Jumadi, Pither Tonapa, Reinal, Sarlota Rantetasak, Semuel Lobo’, Yakobus Papa Sarassang, Yan Sampe Buntu, Yohana Mili Bubang, Yulpin Tandi, Yulius Tandi Ontong, Yusniaty Puntu, Yusthinus Andi Lolo. (Aleksander Mangoting).

In memoriam : Jan Bernard Tandilolo - pendeta

Riwayat hidup dan pekerjaan Almarhum Pdt. Jan Bernard Tandilolo

Pdt. Jan Bernard Tandilolo lahir di Beroppa, Seko pada tanggal 29 Desember 1939. Menikah dengan Magdalena Basiang pada tanggal 22 Pebruari 1973 dan dikarunia tiga orang anak yaitu: Florencia Lolomase Tandilolo, Leonardo Andekan Tandilolo dan Alex Pilo Theodorn Tandilolo.
Memullai pelayanannya sebagai tenaga proponen di Jemaat Pare-Pare Klasis Pare-pare pada tanggal 24 Juni 1962. Kemudian diurapi sebagai pendeta Gereja Toraja yang melayani Jemaat Pare-pare pada tanggal 1 Maret 1965. Sesudah melayani beberapa tahun dimutasi ke jemaat Palopo sebagai tenaga Detasir pada tanggal 1 Juli 1972. Tidak lama berselang, Dia diangkat menjadi Ketua Komisi Usaha Sinode Wilayah Luwu sebagai tenaga penuh waktu. Kemudian pada tahun 1978 – 1981 menjadi Sekretaris Umum Komisi Usaha Gereja Toraja (KUGT). Selanjutnya, pada tanggal 1 Pebruari 1982 dimutasi ke Jemaat Jakarta Raya. Sebagai akhir kariernya sejak tanggal 14 Pebruari 1994 diangkat menjadi Sekretaris Umum penuh waktu selama dua periode hingga masa pensiun pada tanggal 1 Januari 2002.
Jadi masa kerja seluruhnya 40 tahun satu bulan. Menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 16 Pebruari 2008 di Jakarta karena sakit dan dikebumikan di Jakarta pada tanggal 18 Pebruari 2008.

19 Februari 2008

In Memoriam : Frans Patoding (pendeta)

RIWAYAT HIDUP DAN PEKERJAAN
ALMARHUM PENDETA FRANS PATODING, S.Th.

I. DATA PRIBADI:

1. N a m a : Frans Patoding
2. Tempat/tanggal Lahir : Rantepao, 3 Februari 1964
3. Anak laki-laki dari :
Ayah : Daud Sulle Patoding
Ibu : Maria Bungo’
4. Pekerjaan : Pendeta Gereja Toraja
5. Menikah dengan : Herda Lullulangi’, S.PAK.
Pada tanggal : 9 Desember 1992 di Ujung Pandang.
6. Anak-Anak : 2 ( dua ) orang
1. Edward Axel Patoding 8 tahun
2. Felix Wiliam Patoding 1 tahun,
9 bulan.

II. PENDIDIKAN:
1. SD Kristen Padang Sappa Tamat Tahun 1977
2. SMP Neg. Padang Sappa Tamat Tahun 1981
3. SMA Neg. 158 Palopo Tamat Tahun 1984
4. STT INTIM Ujung Pandang Tamat Tahun 1989 (Sarjana Lengkap)

III. RIWAYAT PEKERJAAN:

1. Pada tanggal 1 Mei 1990 – 27 Mei 1991 diangkat oleh Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja sebagai Tenaga Proponen Gereja Toraja di Jemaat Rampotiku dan Jemaat-jemaat se-Klasis Sangbua Lambe’ Wilayah I Luwu melayani 16 Jemaat, 7 Tempat Kebaktian dengan pangkat Golongan / Ruang III/a.

2. Pada tanggal 28 Mei 1991 diurapi menjadi Pendeta Gereja Toraja yang ke 233 di Jemaat Rampotiku Klasis Sangbua Lambe’ dan melayani Jemaat-jemaat se- Klasis Sangbua Lambe’ sampai dengan tanggal 22 Maret 1996 dengan pangkat / Golongan III/b.
3. Tanggal 23 Maret 1996 dimutasi ke Jemaat Maranatha Patte’ne’ dan melayani Jemaat Maranatha Patte’ne’, Klasis Wara Utara Palopo s.d. 1 Juni 1999 dengan pangkat Golongan / Ruang III/c.

5. Pada tanggal 4 Mei 1996 terpilih sebagai Ketua I Badan Pekerja Sinode Wilayah I Luwu, pada Persidangan Wilayah I Luwu yang ke-17 di Batusitanduk, Klasis Walenrang.

6. Pada tahun 1997 dalam Rapat Kerja Badan Pekerja Sinode Wilayah I Luwu, ditetapkan sebagai Ketua Badan Pekerja Sinode Wilayah I Luwu.

7. Pada tanggal 4 Agustus 1998 ditetapkan sebagai Ketua Badan Pekerja Sinode Wilayah I Luwu Penuh Waktu dalam Rapat Lengkap Badan Pekerja Sinode Wilayah I Luwu sekaligus Anggota Ex Officio Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja.

8. Pada tanggal 28 Juli 2000 dipilih sebagai Ketua Badan Pekerja Sinode Wilayah I Luwu masa bakti 2000 s.d. 2004 pada Persidangan Sinode Wilayah I Luwu yang ke- 18 di Jemaat Situru’, Klasis Rantai Damai.

9. Pada tanggal 18 Juli 2001 ditetapkan menjadi Anggota Ex Officio Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja sesuai Keputusan Sidang Sinode Am XXI Gereja Toraja di Palopo.

Jumlah Masa Kerja dalam Gereja Toraja 11 tahun 6 bulan dengan pangkat terakhir III/d.

IV. PENGABDIAN MASYARAKAT
1. Semasa Mahasiswa aktif di GMKI Cabang Ujung Pandang dan GAMKI Ujung Pandang.
2. Ketua I Forum Kerukunan Antar Umat Beragama Kabupaten Luwu dan Luwu Utara.
3. Ketua Panitia Peringatan 50 tahun Gereja Toraja Wilayah I Luwu, 1997.
4. Utusan Cadangan Gereja Toraja mengikuti Sidang Raya XIII Persekutuan Gereja Indonesia di Palangkaraya – Kalimantan Tengah, Maret 2000.
5. Ketua Umum Panitia SSA XXI yang diselenggarakan tanggal 9 s.d. 18 Juli 2001 di Palopo.
6. Aktifis Lembaga Sosial Masyarakat Baperlu.
7. Aktifis PMI Kabupaten Luwu.
8. Aktifis Forum Masalah-masalah Sosial di Luwu.

V. Meninggal pada tanggal 25 Nopember 2001 dini hari pukul 00.10 karena sakit. Meninggalkan seorang Istri yang sedang hamil dan 2 orang anak laki-laki.




Rantepao, 28 Nopember 2001

Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja

Ketua Umum, Sekretaris Umum,












Pdt. Soleman Batti’, M.Th. Pdt. M.Yasi Dera, S.Th.

Tenaga GZB: Nn. Jakoba Maria Eggink meninggal dunia

Saya harus memberitahukan kepada Saudara, dan lewat Saudara kepada Gereja Toraja, bahwa pada tanggal 3 Februari y.b.l. telah meninggal dunia Nn. Jacoba Maria Eggink, yang terakhir di antara tenaga Zending/GZB pra-PD II yang masih ada. Beliau lahir pada tanggal 16 Oktober 1912 di Leiden, negeri Belanda. Ayahnya seorang tukang kayu/pemborong kecil. Pada tahun 1921 keluarga Eggink berangkat ke Indonesia (yang waktu itu masih bernama Hindia Belanda). Jacoba mendapat pendidikan di bidang kesejahteraan rumah tanga. Pada tahun 1938 sejumlah wanita di Tana Toraja, antara lain beberapa istri tenaga GZB, mendirikan Sekolah Kesejahteraan Rumah Tangga (menurut peristilahan zaman itu) di Rante Pao. Nn. Eggink menjadi kepala sekolah. Pada masa Jepang ia diinternir di Kampili, dekat Makassar; sesudahnya ia bekerja terus di SKRT Rantepao. Pada tahun 1950, ketika DI/TII mulai berkecamuk, sebagian besar tenaga GZB pulang ke tanah air. Eggink tetap tinggal di Rante Pao dan malah menjadi WNI. Setelah pensiun, ia masih bekerja di bagian rumah tangga Rumah Sakit "Elim". Sayang sekali, pada usia tua ia menjadi buta. Pada waktu itu, perawatan medis yang diperlukan tidak dapat diperoleh di Indonesia. Maka terpaksa ia berangkat ke negeri Belanda (1984). Di sana selama hampir seperempat abad ia hidup di kota Veenendaal, tempat asal Zendeling A.A. van de Loosdrecht. Umurnya semakin lanjut, tetapi kesehatannya tetap baik. Namun, ia terjatuh dan patah tulang. Tidak lama kemudian ia meninggal.
Kita kehilangan yang terakhir di antara tenaga Zending yang datang ke Toraja sebelum Perang Dunia II. Beliau rendah hati, tenang, saleh. Namun, beliau adalah salah satu dari mereka yang ikut membangun masyarakat Toraja agar siap memasuki era modern. Kita mengucapkan syukur kepada Tuhan karena telah diutus-Nya Nn. Eggink untuk hidup bekerja di tengah kita.

Salam hormat,Th. van den End

18 Februari 2008

Pdt Yan Tandilolo meninggal 16 Pebruari 2008

Pdt. Yan Tandilolo,M.Div pada tanggal 16 Pebruari 2008 di saat-saat kebaktian pelepasan jenazah Ny. Barnece Sonda Samben, isteri guru senior dari Seko, A. Kamandi Samben, tanggal 16 Februari 2008 sore di Seriti, LamasiTimur, saya menerima berita melalui HP bahwa Om PapaLori (Pdt. Yan Tandilolo) baru saja dipanggil ke rumahBapa dalam perawatan di RS UKI, Cawang, Jakarta.Sebelumnya pada saat-saat kritis saya sempat berbicaradengan Tante Mama Lori (Ny. MagdaTandilolo-Bassiang)dan Tante Mama Richard (Ny. TienLembeh, iparnya) yang menunggui di ICU. Almarhum Padt Yan Tandilololahir pada tgl 31 Desember1939 di Beroppa', Seko. Putra H. Takudo, KapalaBeroppa. Menikah dengan Magdalena Bassiang, seorangperawat, dan dikaruniai seorang putri (Laurie) dan 2orang putra (Edo dan Theo). Dalam jajaran GerejaToraja pernah menjadi Ketua Sinode Wilayah II Luwu,Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode KUGT (Pdt. Dr.Theo Kobong sebagai Ketua), dan Pendeta Klasis Jawa,dan Moderamen Sinode. Pernah menjadi sekretaris dankemudian Ketua PGIW Jakarta Raya dan sekitarnya.Almarhum bertumbuh sebagai seorang remaja/pemuda padasaat-saat Seko diduduki Gerombolan DI/TII, mtetapikemudian dapat melarikan diri dan merantau. Almarhummenempuh pendidikan teologi pada Sekolah PendetaMakassar, kemudian melanjutkan beberapa lamanya diAustralia dalam bidang Christian Education, dankemudian juga di STT Tiranus Bandung. Dengan meninggalnya Pdt.Tandilolo masyarakat Sekokehilangan salah seorang tokoh kebanggaannya. SemogaTuhan menguatkan Tante Mama Lori, adik-adik Laurie,Theo dan Edo serta seluruh keluarga. Catatan WawancaraTahun 1946 Yan Tandilolo ke Makale masuk Lagere School(berbahasa Belanda sampai tahun 1949, lalu berbahasaIndonesia, tammat tahun 1952. Sempat pulang ke Sekodan berencana lanjut sekolah tetapi tidak bisa karenapendudukan gerombolan. Sempat ikut SMP gerombolan diPehoneang, yang diajar a.l. oleh Lembeh (kakaknya),Fr. Pataang Sa'bi, Lallo Bethony, dan Panunda. Tidaklanjut, dan akhirnya menjadi pengawal Magading,komandan gerombolan yang tinggal satu tahun diBeroppa'. Magading dengan 46 orang anak buahnya(termasuk Yan Tandilolo) meninggalkan perjuangangerombolan DI/TII ke arah Mauju. Sesudah beberapabulan mengembara tanpa tujuan dalam kelompokkecil-kecil (3 orang), mereka akhirnya menyerahkandiri kepada TNI Batalyon 441/Diponegoro di Sempagapada tanggal 21 April 1954. Setelah bebas dari gerombolan Yan Tandilolo pergi keMakki menjumpai orang tua yang sudah mengungsi disana. Lalu Yan Tandilolo melanjutkan sekolah di SMPKristen di Makale, menumpang pada kel. Kombo'Saroengngoe'. Waktu itu ada Kel. Lallo Bethony danTandi di Makale yang bekerja pada KUGT. Karena sudahpernah mengikuti pelajaran di SMP gerombolan, YanTandilolo dites dan ternyata bisa langsung masuk kekelas III. Pihak Katolik menawarkan masuk SMP Katolikdengan gratis, tetapi Yan menolak. Menjelang UjianKel. Kombo' pindah ke Palopo sehingga Yan pindahmenumpang pada Kel. Lallo Bethony. Yan menammatkan SMPpada tahun 1957. Pada tahun 1957 itu Yan ikut PON IVdi Makassar sebagai tim kebelasan sepak bola. BersamaKadette' mereka tinggal di Makassar pada Kel. Silomba(J.S. Latief). Sesudah PON itu Yan masuk SekolahAsisten Apotekker (di dekat Benteng Ujung Pandang)sambil belajar pada suatu SMA untuk Pegawai, yang a.l.diajar oleh Pak Siriwa (Ir.Piet Siriwa). Tidak sempattammat. Pada suatu kesempatan jumpa dengan M.E.Duyverman (dosen Akademi Theologia Makassar), lalu Yanditerima masuk sekolah teologi pada tahun 1958.Teman-temannya a.l. Tony Furinor, dan Ch.Takandjandji, serta D.P. kalambo.Tammat Akademi teologia Makassar pada tahun 1962.Tahun 1963 ikut pemuda PGI (caravan team ke Manadopimpinan Pak Kobong); dan tahun 1964 magang di GKIJatim membantu Drs. Han Bian Kong. Diurapi sebagaipendeta Gereja Toraja pada bulan April 1965. Tahun1965-1968 bertugas di Parepare; Pertengahan 1968 keDGI (bekerja di Komisi Pemuda). Tahun 1969 ada tawaranbeasiswa untuk studi di luar negeri. Dari 50 calon,hanya Yan (ke Australia) dan seorang dari HKBP (keFilipina) yang lulus. Di Australia sempat menghadirisuatu konperensi PAK se-Asia di Perth (selama 3minggu) pada tahun 1969. Bulan April 1970 sampai April1972 studi di Australia di bidang Christian Education.Bulan Agustus 1972 ditempatkan di Palopo. (Wawancara tgl 17 April 1991 di Tanjung Priok,Jakarta)Zakaria Ngelow

15 Februari 2008

Susunan Majelis Sinode GMIT 2007 - 2011

Ketua: Pdt. Dr. E.I. Nuban Timo
Wakil Ketua: Pdt. W. Kameli – Maleng, M.Th
Sekretaris: Pdt. B. Doeka – Souk, MM
Wakil Sekretaris: Pdt. R. Litelnoni, S.Th
Bendahara: W. Numulutin
Anggota: Drs. I.A. Medah, Ir. Eston Foenay, M.Si, Ir. M. Dira Tome, Drs. S. Malelak-de Haan, Ince Sayuna, SH., Mhum, Ir. Abraham-Paul Liyanto

Pengurus BPK Makassar 2007 - 2012

Ketua: D.Y. Saranga’, S.Th
Ketua I : Pnt. M.D. Tandira’pak, SH,. MH
Ketua II: Pdt. Markus Lolo, M.Th
Ketua III : Ny. Ch. Sumule Malik
Sekretaris: Pnt. Drs. S.T. Madethen
Wakil Sekretaris: Pnt. Yulius Lobo, SH
Bendahara: Pnt. Yohana Tikupadang

Badan Verifikasi Klasis Makassar 2007 – 2012
Ketua: Yulianus Sampe, SE., M.Si (Ak)
Sekretaris: Pnt. Mathius Nantan, SH
Anggota: Pnt. Drs. J.L. Tikupadang
Sym. Anthonisu Tangkeallo
Pnt. Drs. Simon Pade

14 Februari 2008

Alumni PSKD Memberi Bantuan Buku ke Gereja Toraja

Salah sat bentuk pertasipasi Alumni Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD) dalam turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan secara khusus dalam pelayanan kepada generasi muda gereja adalah bantuan buku. Bantuan buku dari Alumni PSKD bekerjasama dengan PT Sulo adalah bantuan buku Ceirtera Alkitab Perjanjian Lama dan Ceritera Alkitab Perjanjian Baru masing-masing 500 eksampelar dan diserahkan langung oleh Direktur PT Sulo Markus Rani kepada Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sionde Gereja Toraja Pdt. Soleman Batti, M.Th di ruang arsip pada tanggal 13 Pebruari 2008 dihadiri sejumlah staff dan pegawai Gereja Toraja.
Markus Rani mengungkapkan bahwa penyerahan ini sebagai bentuk partisipasi Alumni PSKD dan PT Sulo kepada pengembangan pelayanan generasi muda gereja.
Buku-buku ini akan disalurkan ke jemaat-jemaat yang ada di pelosok dalam lingkup pelayanan Gereja Toraja untuk dijadikan pedoman dalam rangka pembinaan generasi muda secara khusus kepada anak Sekolah Minggu.

(Aleksander Mangoting)

13 Februari 2008

Pengurus BPK Rantepao 2007 - 2012

Ketua: Pdt. Albatros Palilu, M.Teol.
Ketua I : Pdt. R.R. Paratte, S.Th
Ketua II : Pnt. Elianus Samben, SP
Ketua III : Sym. Sin Sikku, SH
Sekretaris: Pnt. E.D. Pakidi, M.Pd.MM
Wakil Sekretaris: Pnt. Yusniaty Puntu, S.Th
Bendahara: Pnt.D.T. Rantetasak, S.Pd. M.Pd
Wakil Bendahara: Pnt. Debora. N, S.Pd
Biro Perempuan: Pdt. Selvi Patiung, S.Th
Biro Pemuda: Pnt. Drs. Yakob Bontong
Biro Anak: Pnt. Edison Tanduklangi, SH
Ex Off : Ketua-Ketua OIG Klasis Rantepao


Tim Perencana Pengembangan Program (TP3)
Ketua: Pdt. Drs. G.G. Raru, M.Si
Wakil Ketua: Pdt. Y.P. Polandos, S.Th
Sekretaris: Pnt. Drs. Herman Kandari, M.Pd
Anggota:
Pdt. Drs. Daud Sangka P, M.Si
Pdt. Drs. Titus Tuppang
Pdt.M.S. Rantetana, S.Th
Pnt. Drs.Y.S. Dalipang
Pnt. Ir. D. Tandi
Pnt. Demmanongkan, S.Pd.., M.Pd
Drs. L. Rantela’bi’
Pnt. D. Kondorura, S.sos. M.Hum

Pengurus Badan Verikasi Klasis Rantepao Periode 2007-2012
Ketua: Sym. D. Timang, BA
Wakil Ketua: Pnt. Pither Salempang
Sekretaris: Sym. Drs. Y.S. Tandililing
Anggota: Pnt. Drs. Palin, Sym. Y. Taku

12 Februari 2008

Pengurus PPGT Jemaat Sion Sangkombong 2007 - 2009

SK No. 03/SK/MG-JSS/III/2007
T e n t a n g

SUSUNAN PENGURUS
PERSEKUTUAN PEMUDA GEREKA TORAJA (PPGT)
JEMAAT SION SANGKOMBONG PERIODE 2007-2009.



Penanggungjawab : Majelis Gereja Jemaat Sion Sangkombong

Ketua : Marselinus Kinno
Wakil Ketua : Matius Sarungu’
Sekretaris : Yuliana Sonda’
Wakil Sekretaris : Suri Toding Lembang
Bendahara : Gepriani Pasae


BIDANG-BIDANG

1. Bidang Kerohanian
Koordinator : Agustina Tipa
Anggota : Lina Payung
Dadang
Marthen Tammu
2. Bidang Dana
Koordinator : Iselpinus R
Anggota : Rifael Kambuno
Mika Sombo
Usnasar

3. Bidang Minat dan bakat
Koordinator : Yani Panggalo
Anggota : Febrianto Pali
Rati C.S. Pasamba
Simon

Badan Pekerja Majelis Jemaat Sion Sangkombong 2007 - 2010

A. BADAN PEKERJA MAJELIS
1. Ketua : Pdt. Selvie Patiung, S.Th
2. Wakil Ketua : Pnt. Drs. Kinno’
3. Sekretaris : Pnt. Aleksander Mangoting
4. Bendahara : Sym. S.P. Timang, BA

B. Urusan-urusan:
1. Urusan Pelayanan : Pnt. Yosepina Ritto, S.Pd (Koord).
Pnt. M. Kalussung
2. Urusan Pembangunan: Pnt. Ir. A. Palembangan (Koord).
Pnt. A.S. Pasalli’
Pnt. Marselinus L. Pasamba
3. Urusan Kesenian : Pnt. Yunus Paruru, S.Pd (Koord).
Pnt. Drs. Gepun Pasae
4. Urusan Diakonia : Sym. Abel Sawelinggi
Pnt. Marselinus L. Pasamba
5. Urusan PWGT : Sym. M. Matasik
Sym. L. Kambuno
6. Urusan PPGT : Pnt. Karunia Parewang, ST
Pnt. Drs. Yakob Bontong
7. Urusan KARGT : Pnt. Y. M. Palungan
Pnt. Aleksander Mangoting
C. Ex Officio
1. Koordinator Kel. I : Pnt. Yeheskiel Latanna, SE
2. Koordinator Kel. II : Pnt. P. Malolo, S.Pd
3. Ketua pengurus PWGT
4. Ketua Pengurus PPGT 5. Ketua Pengurus KARGT

Terbentuk: Persekutuan Gereja-gereja Mandiri di Indonesia

Sejumlah Pimpinan Gereja-gereja Independen se Jabotabek bersama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen) Depag RI, beberapa waktu lalu melakukan konsultasi di Cisarua, Bogor Jawa Barat.
Salah satu usulan yang mencuat dalam pertemuan tersebut adalah perlunya dibentuk sebuah lembaga untuk menampung sekitat 150 Sinode Gereja yang terdaftar di Dirjen Bimas Kristen naum belum bergabung dengan salah satu lembaga gerejawi aras Nasional yang ada sekarang ini seperti: Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Persekutuan Injili Indonesia dan Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut, maka tanggal 31 Juli 2007 terbentuklah lembaga dengan nama: Persekutuan Gereja-gereja Mandiri di Indonesia (PGMI). Pdt. Petrus Ampet, S.Th., MA terpilih sebagai Ketua Umum dari Gereja Kristen Karisma Indonesia (GKKI), Pdt. Daud Roubun, M.Div dari Gereja Rumah Doa Segala Bangsa (GRDSB) sebagai Sekretaris Umum.
Lembaga yang baru terbentuk ini adalah merupakan partnership dari lembaga Gereja aras Nasional yang sudah ada dalam rangka melaksanakan amanat agung Yesus Kristus.

(Aleksander mangoting)

Disarikan dari Berita Oikumene Edisi September 2007 hal. 20

Pengurus BPK Kaltim Balikpapan 2007 - 2012

Sidang klasis Kaltim Balikpapan VI berlangsung pada tanggal 11-13 Juli 2007 di Jemaat Elim Balikpapan dibawah sorotan tema: “Berubalah oleh Pembaruan Budimu” dan subtema: “Memupuk Persatuan dan Kesatuan Demi Terwujudnya Damai Sejahtera”, dihadiri utusan dari jemaat-jemaat yang ada dalam Klasis Kaltim Balikpapan.

Pengurus BPK Klatim Balikpapan Periode 2007-20012 sebagai berikut:
Ketua Umum: Pdt. Duma Tonda, S.Th., MM.
Ketua Bidang Program BWG : Pdt. Joni Delima, S.Th
Ketua bidang Pemberdayaan dan pengembangan SDM : Pnt. Drs. Abraham Galung
Ketua Bidang PI, Oikumene dan Kemasyarakatan: Pnt. Daud Pirade, SH
Sekretaris: Pnt. Swardy Tandiring, S.Sos.
Wakil Sekretaris: Pnt. Markus Sapan Rombe, S.Pd
Bendahara: Sym. G.A. Mangawe, B.Sc

Badan Verifikasi Klasis Kaltim Balikpapan periode 2007-2012:
Ketua merangkap anggota: Pnt. Marthinus Manga’
Sekretaris merangkap anggota: Pnt. Yunus Sarunggu’
Anggota: Pnt. Mardan Somalinggi’

diambil dari Keputusan Sidang Klasis Kaltim Balikpapan VI.

WARG dan REC akan Bersatu

Gereja hendaknya mewujudkan persekutuan atau kesatuan dalam hidup dan pelayanannya. Walaupun panggilan kepada persekutuan merupakan inti berita Injil dan keyakinan gereja-gereja Reformasi, namun sering semangat ini kurang nampak atau pudar dalam cara bergereja kita. Jika kita tidak sependapat atau ada perbedaan pandangan, kita sering mengakhirinya dengan perpecahan. Untuk itu, kita justru terpanggil untuk menampakkan kesatuan dalam Kristus, saling mengasihi, saling menopang, saling menghargai sekalipun kita berbeda, karena keyakinan akan tugas kita untuk mewartakan perdamaian dan pengupayakan keadilan dalam dunia yang semakin ditandai oleh perpecahan bahkan permusuhan. Demikian diungkapkan oleh Presiden World Alliance Reformed Churches (WARC) Pdt. Dr. Clifton Kirkpatrick dalam khotbahnya pada ibadah pembukaan rapat Execitve Committe (Excom) yang berlangsung pada tanggal 18-28 Oktober 2007 bertempat di Port Of Spain, Ibukota Trinidad dan Tobago diikuti 60 orang peserta yang terdiri dari Officers (Presiden, Wakil Presiden dan Sekjen), anggota Excom, Wakil Persekutuan Regional WARC Undangan dan wakil gereja setempat. Dalam pertemuan ini ada sejumlah keputusan penting menyangkut pelayanan WARC ke depan.
Disadari bahwa pelayanan WARC tidak terbatas hanya di kantor di Geneva, tapi justru harus nampak dimana gereja-gereja anggota hadir dan lemaksanakan komitmen serta mandat persidangan di Accra.
Rapat Excom tahun 2007 diselenggarakan dibawah tema: “Called to be a Communion: From Elmina to Port Spain” (Panggilan kepada sebuah peserkutuan: Dari Elmina ke Port Spain), berlangsung di Gereja Aramalaya, salah satu jemaat dari Gereja Presbyterian Trinidad dan Tobago yang menjadi tuan dan nyonya rumah pertemuan yang cukup bersejarah ini.
Dalam salah satu kesempatan, peserta Excom di Trinidad mengunjungi pulau Nelson, salah satu tempat dimana para budak Afrika ditampung ketika baru tiba di seberang. Momen seperti ini merupakan sebuah kesempatan bagi wakil-wakil gereja anggota WARC untuk merenungkan berbagai ketidakadilan bahkan berbagai bentuk perbudakan yang masih berlangsung ditengah masyarakat kita dewasa ini. Realitas ini ironis, khususnya dalam konteks peringatan 200 tahun penghapusan perdagangan budak oleh pemerintah Inggris.
Dalam rapat kali ini menerima baik laporan yang disampaikan oleh Presiden WARC Pdt. Dr. Clifton Kirkpatrick dan Sekjen Dr. Sentri Nyomi. Demikian awal dari laporan tertulis yang dikirim oleh Pdt. Dr. Henriette Hutabarat Lebang, Wakil Presiden WARC dan Pdt. Dr. Richard A.D. Siwu dalam suratnya yang ditujukan kepada seluruh anggota WARC di Indonesia yang merupakan resume hasil rapat Excom WARC.

Lebih jauh dilaporkan beberapa hal sebagai berikut:

Penyatuan WARC dan REC
Sejak beberapa waktu lalu, pimpinan kedua organisasi dari gereja-gereja yang berlatar belakang reformasi ini, WARC dan REC (Reformed Ecumenical Churches), menjajaki upaya untuk mewujudkan kesatuannya. Tahun lalu, Sekjen WARC mengirim surat kepada gereja-gereja anggota di Indonesia untuk meminta pandangannya mengenai ide penyatuan. Setelah diskusi panjang, menyadari panggilan kepada penampakan persekutuan sebagai tubuh Kristus merupakan hal yang melekat pada panggilan gereja-gereja reformasi, maka Excom 2007 memutuskan untuk mewujudkan penyatuan tersebut dengan mengusulkan nama baru bagi kedua organisasi yang baru yakni: World Communion of Reformed Chrurches (WCRC) atau persekutuan Gereja-gereja reformasi se Dunia. Pertemuan bersama antara wakil kedua organisasi tersebut untuk membicarakan langkah-langkah menuju penyatuan dan implikasi-implikasinya sedang berjalan.
Untuk itu, dalam rapat Excom disepakati bahwa kedua organisasi ini akan menyelenggarakan sidang rayanya (gereral council) yang terakhir dan selakigus mengadakan sidang pertama dari organisasi baru, World Communion of Reformed Churches pada tanggal 18-28 Juni 2010 di Grand Rapids, USA.
Membentuk kelompok tugas yang terdiri dari 4 orang wakil dari masing-masing organisasi, yang terdiri dari Presiden dan Sekjen kedua organisasi dan 2 (dua) anggota dari setiap organisasi. Excom menunjuk anggota dari WARC yaitu: Pdt. Stephen Kendal dari Gereja Presbyterian Kanada dan Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang dari Gereja Toraja, Indonesia. Kelompok tugas ini bertanggungjawab mempersiapkan Sidang Raya 2010 (termasuk upaya memperoleh jaminan visa USA bagi semua peserta) dan berbagai implikasi dari penyatuan kedua organisasi ini, termasuk struktur, komposisi staff, anggaran, dan konstitusi. Kelompok tugas ini akan menyampaikan laporan pekerjaannya dari waktu ke waktu kepada Execituve Committe kedua organisasi. Kelompok tugas ini akan melaksanakan pertemuannya pada tanggal 19-21 Mei 2008 di Grand Rapids USA.
Di Indonesia, yang menjadi anggota kedua organisasi ini adalah: GKI, GKJ, GKS, Gereja Toraja, Gereja Toraja Mamasa, GKSBS.

Keuangan WARC memprihatinkan
Sejak beberapa tahun terakhir ini, keuangan WARC amat memprihatinkan. Keadaan ini pulalah yang mendorong diadakannya restrukturisasi program dengan jumlah staff di kantor Geneva seminimal mungkin. Hal ini dimulai sejak Excom pertama pada tahun 2005 di Evian.
Defisit keuangan tidak dapat dihindari. Dalam waktu dua tahun terakhir, terpaksa dana cadangan harus digunakan untuk menutup biaya-biaya rutin yang harus dibayar agar kantor WARC dapat berjalan.

Minggu reformasi
Gereja-gereja anggota didorong mengkhususkan satu minggu yang paling dekat dengan hari reformasi 31 Oktober untuk dijadikan sebagai reformation Sunday (minggu reformasi) untuk mengingatkan kita akan panggilan gereja untuk secara terus menerus membaharui diri.

Perayaan 500 tahun Calvin
Sebagai gereja-gereja yang mewarisi tradisi teologi Reformasi Calvin, maka dalam rapat Excom di Trinidad dan Tobago memutuskan agar HUT ke-500 John Calvin pada tahun 2009 patut dirayakan dengan berbagai kegiatan. Perayaan hari Pentekostal diadakan dalam Catedral St. Pierre di Geneva pada HUT Calvin. Studi Teologi bersama dalam Global Institut of Theologi yang akan dilaksanakan di Indonesia yang akan diikuti 40 teolog muda. Studi tour ke Geneva tanggal 12-16 Oktober 2008 dan tanggal 30 Mei - 4 Juni 2009 yang terdiri dari pimpinan Gereja (pendeta dan non pendeta) dari berbagai penjuru dunia. Penyatuan WARC dan REC dalam satu wadah baru The World Communion of Reformed Churches di sidang Raya mereka di Grands Rapids tahun 2010 dan berbagai kegiatan seminar, lokakarya, dan studi dalam rangka perjuangan untuk HAM, keadilan ekonomi, gender, dan melawan kekerasan.
Pembaruan Spiritual
Salah satu hal yang cukup mendapat perhatian dalam sidang WARC di Accra adalah “spiritual renewal” (pembaruan rohani). Untuk menindaklanjuti hal tersebut, maka dalam rapat Excom di Trinidad menerima berbagai usulan. WARC area councils (dewan-dewan wilayah WARC) melakukan studi dan refleksi tentang ibadah gereja reformasi dalam rangka kontekstualisasi. Akan membentuk satu kelompok studi yang terdiri dari wakil setiap dewan wilayah dalam rangka menfasilitasi informasi bagi kontekstualisasi liturgy dalam rangka pembaruan rohani. Kelompok studi dan refleksi ini akan bertemu dalam Sidang Umum ke-25 dalam kapasitas sebagai penasihat dalam pelaksanaan liturgy dan ibadah. Membentuk Calvin Institut of Workship (Istitut Ibadah Calvin) dalam konsultasi dengan program network sebagai koordinator utama proses pembaruan ini. Mengkonfirmasikan peranan kelompok studi dan refleksi tersebut dalam rangka penyiapan liturgy dan ibadah untuk Uniting Council (sidang umum bersama) tahun 2010.

Membangun Dialog
Soal dialog merupakan sebuah kebutuhan yang amat mendesak dilakukan. Untuk itulah dalam Excom di Trinidad disepakati untuk membangun dialog dan menyambut positif surat dari organisasi Sarjana Islam se dunia yang ditujukan kepada WARC, dan organisasi gerejawi se dunia lainnya (Katholik di Vatikan dan WCC di Geneva). Inti surat tersebut adalah undangan kepada umat Kristen lewat organisasi-organisasi gerejawi se dunia untuk mengembangkan satu dialog yang berkelanjutan antara Islam dan Kristen, sebagai agama-agama yang mengakui dan berdasar pada prinsip dan ajaran kasih, kasih kepada Tuhan Allah dan kasih kepada sesama manusia. Untuk itu, dalam Excom diputuskan agar sekretariat WARC berkoordinasi dengan Sekretariat WCC melakukan dialog tersebut.
Sedangkan hubungan dengan gereja-gereja lain, Excom kembali menggarisbawahi kembali keputusan Sidang di Accra untuk melakukan dialog dengan gereja-gereja Pentakostal dan gereja-gereja Lutheran seperti halnya Gereja Katholik dan Gereja Arthodox.

Kunjungan Sekjen WARC ke Indonesia.
Sekjen WARC Dr. Sentri Nyomi, diundang untuk menghadiri rapat Eksekutif Committe REC yang akan dilaksanakan pada tanggal 23-30 Januari 2008 di Indonesia. Dalam kunjungan nanti, juga akan mengambil kesempatan untuk bertemu dengan beberapa anggota, dan jika memungkinkan akan mengadakan pertemuan sehari dengan wakil-wakil gereja anggota WARC di Indonesia, sehari sebelum Sidang MPL PGI 2008 di mulai. Pertemuan tersebut direncanakan akan dilaksanakan di sekitar Jakarta pada tanggal 1 Pembruari 2008.

Bagi pihak yang ingin mendaparkan informasi, silahkan menghubungi Pdt. Dr. Henriette Hutabarat Lebang, Email: e_hutabarat@yahoo.com dan Pdt. Dr. Richard A.D. Siwu Email: radsiwu@yahoo.com

Aleksander Mangoting

Laporan Kegiatan Praya PPGT Tahun 2007

PPGT KE DEPAN, PERLU MEMBANGUN “SPIRIT NASIONALISME”

Pemuda Kristen sebagai bagian integral dari masyarakat di Indonesia yang majemuk, hendaknya memaknai kemajemukan di Indonesia sebagai anugerah terbesar dari Tuhan. Selain itu, perlu dibangun “spirit Nasionalisme” oleh pemuda. Juga tantangan kehidupan ke depan, semakin kompleks sehingga pemuda perlu menguatkan komitmen solidaritas dan empati dalam membangun kesadaran kolektif. Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. dr. James Tangkudung Asisten Menteri Pemuda dan Olah Raga dalam sambutannya sekaligus membuka secara resmi kegiatan Pemuda Gereja Toraja pada tanggal 8 Oktober 2007 di lapangan Baku, Luwu Timur, Sulawesi Selatan yang bersifat Nasional.
Lebih jauh dungkapkan, oleh Tangkudung, guna menemukan bibit baru di bidang sepakbola, Tangkudung mengungkapkan dibutuhkan peran dan partispasi kita semua (semua pihak) sehingga mulai dari tingkat kecamatan akan muncul bibit-bibit baru untuk menjadi pemain PSSI.
Sambutan lain disampaikan oleh Gubernur diwakili Kabag Kesbang Drs. H. Andi Baso Gani, M.Si. Bupati Luwu Timur H. Andi Hatta M - mengharapkan supaya dunia hendaknya diwarnai dengan persaudaraan, kemitraan dan kebersamaan demi dunia ini.
Sedangkan Pdt. Bernadus Randuk, S.Th Ketua Umum PP.PPGT dalam sambutannya menegaskan ulang peran Gereja tentang komitmen NKRI kemajemukan sebagai kekayaan yang perlu dipelihara guna menciptakan kedamaian dimana anggota PPGT hadir. Negara dapat dibangun bersama dalam kemajemukan demi kesejahteraan bersama.
Praya PPGT (Pertemuan Raya Persekutuan Pemuda Gereja Toraja) VIII dilaksanakan pada tanggal 7-17 Oktober 2007 di Jemaat Baku, Klasis Kalaena, Desa Pattengko, kecamatan Tomini Timur, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan diikuti 7.000 lebih pemuda yang terdiri peserta yang mengikuti berbagai kegiatan, panitia, pengurus dan pendamping.
Ibadah pembukaan tanggal 7 Oktober 2007 dipimpin oleh Pdt. J.K. Parantean, M.Th (Ketua I BPS Gereja Toraja yang membidangi Pembinaan Warga Gereja dan Pekabaran Injil termasuk OIG). Kegiatan ini mengambil tema: “Berubalah oleh Pembaruan Budimu” dan subtema: “Membangun integritas berwawasan kemajemukan untuk mewujudkan Bumi Tanpa Kekerasan”.
Acara pembukaan pada tanggal 8 Oktober 2007 dihadiri oleh sejumlah undangan dari Gereja dan Organisasi yang ada di kabupaten Luwu Timur.

Membangun sportifitas pemuda
Salah satu hal yang perlu dibangun khususnya di kalangan pemuda adalah soal sportifitas, integritas, kebersamaan, kemampuan persoal maka dilaksanakan kegiatan olah raga dan keseniaan seperti Paduan suara, vocal group, solo putra/putri, Cerdas Cermat Alkitab, khotbah bahasa Toraja, Pidato bahasa Inggris. Dalam bidang olah Raga: volly ball, takraw, tennis meja.
Lari: lari 10 km dengan tema “Berlari sambil membangun kebersamaan”.

Pemuda dan Kekerasan
Kalau kita mengamati perkembangan di lapangan baik lewat media massa maupun kesaksian dari orang-orang korban kekerasan, maka kita akan mendapatkan bahwa tingkat kekerasan semakin hari semakin meningkat dengan operandi semakin canggih. Jadi perlakuan kekerasan semakin hari semakin memprihatinkan. Untuk itu, Pdt. Lidya Kambo Tandirerung, MA., M.Th Dosen STT Intim yang pernah menjadi anggota Majelis Pekerja Lengkap PGI dalam cermahanya pada sesi pembinaan dengan pokok” Pemuda dan Kekerasan”, meminta agar para pemuda Gereja menjadi agen pembaruan khususnya di bidang kekerasan, supaya berjuang untuk meminimalkan kekerasan.

Semangat anti kekerasan
Bagaimanakah semangat anti kekerasan di dalam kehidupan kita selaku pemuda?. Kalau kita membaca media massa sekarang ini, maka terungkap bahwa kekerasan semakin hari semakin meningkat. Dan dalam hal itu, Gereja, mulai dari Dewan Gereja se Dunia (DGD) hingga ke aras Gereja Toraja, soal mengatasi kekerasan disoroti dalam bentuk khotbah dan Penelaan Alkitab.
Demikian, Pdt. Lidya dalam merespon pertanayaan dari Fendy dari Makassar dalam sesia tanya jawab.

Bakti Sosial
Dalam rangka bakti sosial sebagai sebuah wadah untuk membangun kepekaan sosial bagi anggota PPGT di dalam kehidupan dalam masyarakat maka diadakanlah beberapa kegiatan seperti: penanaman pohon buah-buahan dan tanaman hias di sekitar rumah tempat tinggal para peserta, kegiatan kebersihan di lapangan dan lokasi tempat tinggal (kantor, Puskesman dan lain-lain). Dalam bidang bakti sosial dilaksanakan renovasi rumah kumuh da n berbagai kegiatan lainnya yang dikreasikan oleh pengurus-pengurus PPGT Klasis.
Kegiatan bakti sosial dikemas dalam bentuk kegiatan dan kreatifitas di tingkat Klasis sebagai bentuk peran serta para pemuda untuk mengembangkannya sesuai kondisi dan kemampuan masing-masing. Jadi ada ruang untuk berinovasi.
Sebagai wujud dari itu, Klasis Kantim Samarinda membawah 4 orang doter dan tiga orang bidan. Jakarta dua orang dokter, Makassar juga menyertakan petugas kesehatan. Di lapangan, mereka mengadakan koordinasi dengan masyarakat setempat untuk mengadakan kegiatan sesuai kemampuan mereka.

Perlu dievaluasi
Kalau kita menilik ke belakang perjalanan Praya PPGT, maka kini sebaiknya kita evaluasi setiap kegiatan, apakah hal itu masih relevan dan mempunyai makna ataukah bagaimana?. Mungkin lebih baik sama dengan kegiatan Jambore Kebaktian Anak dan Remaja Gereja Toraja II yang penekanan kegiatan adalah “giat” dan bukan “lomba”. Soalnya, selama pengamatan sejak Praya II hingga Praya VIII penekanan pada lomba sehingga peserta mengarah kepada juara dan bukan kepada maksud dan tujuan kegiatan tersebut. Demikian diungkapkan oleh Pilipus Tibe, seorang komponis Gereja Toraja yang sejak Praya kedua sudah ikut sebagai peserta, kemudian panitia dan beberapa kegiatan praya sebagai Juri untuk lomba solo dan paduan suara.

Partisipasi warga
Salah seorang keluarga yang rumahnya ditempati komtingen adalah Mama’ Kris yang menampung kontingen Klasis Makassar dengan jarak hampir satu kilometer dari pusat lokasi mengungkapkan bahwa sejak awal mereka sudah siap menerima kontingen. Hal itu dibuktikan dengan menyiapkan kayu bakar untuk masak. Dalam penyediaan air, sumur tidak cukup dengan memakai air sumur sehingga pada hari kedua ketika melihat anak-anak sangat capek mengangkat air, maka keluarga mama Kris membuat sumur bor dengan biaya Rp. 500.000,- dan selesai dalam waktu dua jam.
Selain itu, kamar mandi yang tersedia hanya 2 buah dan hal ini tidak cukup untuk dipergunakan kontingen dengan jumlah peserta lebih dari seratus. Hal ini pulalah yang menyebabkan banyak peserta terlambat berangkat karena keterbatasan kamar mandi. Banyak peserta yang sering tidak mandi lagi karena waktu yang tidak memungkinkan.

Reseki Praya
Salah satu sisi yang mendatangkan uang bagi tukang ojek selama praya adalah karena jarak penginapan peserta dengan pusat kegiatan. Ada kontingen yang tinggal lebih dari satu kilometer. Bagi peserta hal ini sebagai beban tambahan yang sebelum berangkat tidak pernah diperhitungkan, sebagaimana yang dialami oleh Semuel dari Klasis Mengkendek Utara yang merelakahkan uang sakunya habis untuk ojek pulang pergi ke pusat kegiatan karena mereka tinggal sekitar satu kilometer dari pusat kegiatan.
Sedangkan bagi Ambe Atta sebaliknya. Adanya kegiatan Praya, sebagai salah satu sumber reseki. Setiap hari paling tidak dapat mengantongi Rp. 75.000,- bersih hingga Rp. 150.000,- dengan masa kerja mulai jam 07.00 pagi hingga jam 23.00 malam.

Perlu evaluasi menyeluruh
Melihat dan mengalami kegiatan dari Praya ke praya, maka sebaiknya Pengurus Pemuda Gereja Toraja mulai dari Jemaat hingga pengurus Pusat untuk mengevaluasi secara menyeluruh seluruh kegiatan. Mungkin saatnya setiap kegiatan dirumuskan ulang kalau mau melaksanakan praya berikutnya. Mungkin rangkaian kegiatan selama ini, lebih banyak penekanan pada segi olah raga dan kejuaraan, sehingga setiap kontingen berusaha dengan penekanan pada kegiatan olah raga dan kegiatan kerohanian dengan penekanan pada soal juara. Demikian kesimpulan dari percakapan penulis dengan Semuel, Pilipus Tibe, Andarias, Maria, Daud, Selmi, dan beberapa pengurus Pemuda di lokasi kegiatan yang ditemui secara terpisah.

Pesan-pesan moral
Dalam pertemuan Raya Pemuda ini, dari setiap klasis sudah menyatakan berbebgai pesan moral yang disampaikan lewat spanduk yang dibawah oleh setiap klasis pada saat difile sebelum pembukaan. Adapun pesan-pesan moral yang diungkapkan oleh peserta yaitu:
Masalah lingkungan hidup. Ungkapan itu nayata dalam kata: Damai dengan sesama, damai dengan lingkungan. Peliharalah lingkungan demi masa depan. Perlu waspada terhadap memanasan global. Persoalan judi, Narkoba dan Miras yang selama ini cukup meresahkan generasi muda merupakan hal yang paling dominan menjadi perhatian peserta. Kedasaran kebersamaan dalam mengisi masa depan. Pembangunan solidaritas diantara sesama pemuda. Peranan pemuda dalam masyarakat majemuk. Pemuda perlu Membangun kemandirian demi masa depan. Kemajemukan sebagai sebuah kekayaan yang perlu dipelihara.
(Aleksander Mangting)

Susunan Panitia Pelaksana Persidangan Pusat KARGT di Balikpapan 2008

SUSUNAN PANITIA PERSIDANGAN PUSAT
KEBAKTIAN ANAK DAN REMAJA GEREJA TORAJA
DI KLASIS KALTIM BALIKPAPAN

Penanggungjawab : Pengurus Pusat KARGT
Pengurus KARGT Klasis Kaltim Balikpapan
Penasehat : BPS Gereja Toraja
BPK Klasis Kaltim Balikpapan
Ketua-ketua BPM se Klasis Kaltim Balikpapan

PELAKSANA

Ketua :
Pdt. Duma Tonda, S.Th., MM.

Wakil Ketua :
Pnt. Daud Pirade, SH

Sekretaris:
Otniel Novianus T.G, ST

Wakil Sekretaris:
Agustinus L, ST

Bendahara:
Dra. Maria Parubak

Seksi-seksi:

Acara:
Pdt. Joni Delima, S.Th (koord)
Pdt. Onecimus Dasi Kasi, M.Th,
Pdt. Adriana Kadembo, S.Th
Ny. Laurensia Hendrik, S.Th
Herlina Panginan, S.Hut.

Persidangan/dekorasi
Pnt. Swardi Tandiring, S.sos (koord).
Pnt. Markus S. Rombe, S.Pd
Pnt. Mardan Somalinggi, SE
Jhoni Tandi
Markus Minggu
Dewi Mendaun,Amd
Ny. Yohana Rewa Palungan
Sekretariat:
Oktovictor Limbong, ST (Koord).
Erika
Nelly Payung Allo, Amd
Pnt. Dominggus, Amd
A.A. Tandi Padang, S.Kom
Thomas Tito
Yori

Dana:
Ny. Damaris Jela Jela (koord)
Pnt. Abraham Galung, SE
Yulita Mallisa
Darius Bisa
Eti Palulungan
Matius La’lang
Ny. Lili Sumantri
Ny. Ester L
Ny. Damayanti Palimbong
Abriani
Lina, S.Pak
Ny. Selfi Patandean
Rana Kombong
Melki Lisa Allo
Bendahara-bendahara KARGT se Klasis Kaltim Balikpapan

Konsumsi:
Ny. Ludia Rantepadang (koord).
Ny. Alfrida P. Minggu
Ny. Frans Kallo
Ny. Benyamin Tappi
Ny. Elisabeth Parangan
Ny. Nathaniel Kadang
Ny. Aris
Dewi
Suryati, Amd
Christin Tangke Langi
Vivi Santi Simbar

Perlengkapan/akomodasi
Pnt. Daniel Pirade, SE (Koord)
Elvis Mallisa, ST
Pnt. P.L. Mangiwa
Yusdar Mallisa, SKM
Yohana Lomo
Yohanis Mangansik
Silas Ratu
Elvis Pangadi, ST
Rudi Mallisa

Transportasi:
Pnt. Yunus P. Sarungu’ (Koord)
Pnt. Hendrik Mangori’
Stevi
Daniel Sampe
Ny. Eni Dudung Rayo
Anton Pirade, SE
Yusuf R.L.

Keamanan:
Bpk. Simon Sattu (koord).
Bpk Yakob Sattu
Bpk. Yohanis Banga
Yohanis Toding

Kesehatan:
dr. Rony Nente (koord).
dr. Elisabeth Asi Jaya
Naomi, SKM

Pengurus Pusat PWGT hasil Persidangan XI

Persidangan Pengurus Pusat Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PP.PWGT) yang ke-XI berlangsung di Hotel Puri Artha pada tanggal 3-7 Juli 2007 dengan tema: “Berubalah oleh Pembaruan Budimu” (Roma 12:2) dan subtema: “Mengembangkan sikap percaya diri dan semangat kemitraan demi terwujudnya budaya damai, diikuti 400 lebih peserta.

Memberikan masukan dalam persidangan ini adalah J.L. Para’pak mengenai SDM perempuan - pemenang masa depan”, Komjen. Pol. (Purn) Drs. Insmerda Lebang mengenai Wanita Gereja dan tantangan lingkungan, Pembahasan Tema dan sub tema Pdt. I. Y. Panggalo, D.Th dan beberapa masukan lainnya.

Beberapa pokok program Pengurus Pusat PWGT yang dicanangkan dalam persidangan XI seperti perhatian kepada Lansia, dukungan kepada Panti Asuhan Kristen Tatagi, peningkatan kapasitas dari Bintranita dan kalau memang memungkinkan dibuka di klasis, memotivasi PWGT di tingkat klasis dan jemaat untuk membuka usaha kecil kalau memungkinkan dan beberapa peningkatan pelayanan dan penataan adminitrasi organisasi. Namun dari semuanya itu, hal pokok yang ditekankan dalam persidangan ini adalah pembinaan.

Personalia Pengurus Pusat Persekutuan Wanita Gereja Toraja masa bakti 2007-2012 sebagai berikut:
Penasehat: Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja, Pdt. D.M. Anggui, S.Th, Ny. M. Rantesalu - Lande’, Ny. A. Tomasoa, Ny. A. Lebang P, Ny. M. Popang, Ny. Ch. Sumule Malik, Ny. D. Alaverdy, Ny. A.S. Pasak.

Ketua: Pdt. Arsiaty Kabanga’, M.Th, Ketua I, Pdt. Dr. Ery Hutabarat-Lebang, Ketua II Dra. Ny. Jacolina Palimbong, Sekretaris Pdt. Masak Etung Abang, S.Th, Wakil Sekretaris Ny. Abigael Salusu, S.PAK, bendahara Ny. Elisabeth Mapandin Pabuaran, wakil bendahara Ny. Yosephina Bombing, S.Th, Koordinator Wilayah: Wilayah Luwu Ny. Adriana Boong, S.PAK, Wilayah Rantepao Ny. Fien Kole, Wilayah Makale Ny. Mariana Tangdibali, SE, Makassar dan sekitarnya Ny. Miranda Malamassam, Wilayah Sulawesi Tengah Ny. Mardiana Sidik Kartono, wilayah Kalimantan Ny. Sarlina Lombu Lebang, Wilayah Jawa Ny. Debora Parinding.

Anggota bidang I : Pembinaan/kerohanian
Estelita Sirupa, S.Th, Ir. Budhanita S-Hartanto, Elisabeth Dendang-Palamba’, Ir. Driyunitha Pakiding-Tanning, MP, Dr. Ir. Anna Samperura Pairunan.

Anggota Bidang II Pelayanan Sosial/kemasyarakatan
Dice Kondorura, MH, Agustina Yunus Ba’ka’-P, Ir. Agus Nari, M.Si, dr. Ellen Magdalena Tataming, MH, Allin Todingan-Palilu, Agustina Minggu, Elisabeth Simon Liling, SH., MH.

(oleh : Aleksander Mangoting).

Pimpinan STT Jakarta 2007 - 2011

Pada tanggal 27 September 2007, bertepatan dengan Dies Natalis ke-73 STT Jakarta, dilaksanakan serah terima dari pimpinan lama kepada pimpinan yang baru.

Adapun pimpinan baru sebagai berikut:

Ketua: Pdt. Jan S. Aritonang, Ph.D
Pembantu Ketua I/Bidang Akademik: Pdt. Dr.Martin Lukito Sinaga
Pembantu Ketua II/Bidang administrasi: Pdt. Wendy Tankersley, STM
Pembantu Ketua III/Bidang Kemahasiswaan: Pdt. Hendrik Ongirwalu, M.Th

Bagi yang ingin informasi lebih jauh tentang STT Jakarta dapat menghubungi ke alamat: STT Jakarta Jl. Proklamasi 27 Jakarta 10320 Indonesia Telp. 021-3904237 Fax 021-3153781

Aleksander Mangoting
Biro Informasi Gereja Toraja

Rumusan Hasil Konsultasi PI II

R U M U S A N

HASIL KONSULTASI PEKABARAN INJIL II
GEREJA TORAJA
Tanggal 14 - 19 Maret 1994, di Rantepao-Tana Toraja
_______________________________________________________

Dengan mengucap syukur kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, Gereja Toraja telah melaksanakan Konsultasi Pekabaran Injil yang kedua pada tanggal 14-19 Maret 1994 bertempat di gedung pelayanan jemaat Rantepao, dengan tema HIDUP DAN BERSAKSI BERSAMA DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK. Konsultasi ini dilaksanakan berdasarkan :
1. Keputusan Sidang Sinode Am XIX Gereja Toraja, thn 1992, No.008, pasal 17.
2. Keputusan Sidang Sinode Kerja VII Gereja Toraja, Nopember 1993, No 009 - Bidang Theologia, psl 10.
3. Keputusan Rapat BPS Gereja Toraja tentang tentang Program Kerja Bidang Theologia, khususnya Program Kerja Lembaga Pekabaran Injil Gereja Toraja, periode 1992-1996.

Dalam melaksanakan Konsultasi ini, dengan bertitik tolak dari Pengakuan Gereja Toraja serta Hasil Konsultasi Pekabaran Injil I Gereja Toraja, tgl 2-4 Maret 1972, para peserta telah menggumuli bersama berbagai masalah dan tantangan tugas panggilan gereja di bidang Pekabaran Injil. Semua itu dilakukan melalui pemberitaan firman Allah berupa khotbah dan PA, sambutan-sambutan, ceramah-ceramah serta diskusi-diskusi panel.
Berikut ini adalah hasil dari semua pergumulan itu, yang merupakan Hasil Konsultasi Pekabaran Injil II Gereja Toraja :

I. DASAR TEOLOGIS MISI DAN PEKABARAN INJIL

1. Misi gereja bertitik tolak dari kesaksian Alkitab tentang penciptaan langit dan bumi dan segala isinya. Allah menciptakan langit dan bumi dengan sempurna dan menempatkan semua itu di dalam relasi yang harmonis dan saling menghidupi.

2. Dari antara seluruh ciptaan itu, manusia menduduki posisi sebagai makhluk yang paling mulia, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (imago dei). Gambar Allah dipahami sebagai relasi dalam tanggung jawab manusia kepada Allah, manusia terhadap sesamanya dan manusia dengan alam semesta (Kej 1:26-28; Mz 8:6-9; Yoh 1:9-12).

3. Ketidaktaatan dan pemberontakan manusia terhadap Allah, mengakibatkan umat manusia tidak sanggup lagi hidup dalam relasi yang benar dengan Allah, dengan sesamanya manusia dan dengan alam semesta; seluruh ciptaan Allah berada di bawah hukuman murka Allah (Kej 3:6-7, 14-24). Manusia sendiri telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh karena itu tidak dapat lagi mengenal Allah dengan benar (Roma 3:23). Segala kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej 6:5; Roma 1: 21b). Manusia memutarbalikkan kebenaran dengan menyembah makhluk ganti Khalik (Roma 1:18dst).

4. Tetapi Allah tetap mengasihi seluruh ciptaanNya. Sebab itu Ia mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan dunia ini (missio dei/missio christi; Yoh 3:16). Di dalam dan melalui Kristus Allah memanggil seluruh umat manusia dan seluruh dunia ini ke dalam keselamatan yang dikerjakanNya. Di dalam Yesus Kristus, yaitu Firman yang menjadi manusia (Yoh 1:1-14), yang dikenal sebagai Yesus dari Nazaret, yang adalah manusia sejati dan sekaligus Allah sejati, dan yang telah menderita sengsara dan mati di atas kayu salib, dikuburkan dan telah bangkit kembali dari antara orang mati, Allah telah mewujudkan Khabar Baik yaitu keselamatan yang Ia janjikan bagi seluruh ciptaanNya itu. Di dalam Kristuslah Allah telah mendamaikan segala sesuatu dengan diriNya. Di dalam Kristus itulah manusia akan dapat menemukan jalan damai kepada sesamanya manusia dan kepada seluruh alam semesta ini.

5. Dari antara bangsa-bangsa dan suku bangsa-suku bangsa, sebagai buah sulung dari karya penyelamatan dan pendamaian itu, Allah dalam Yesus Kristus telah memanggil sebuah persekutuan umat yang baru, umat kepunyaan Allah, yang disebut gereja (Kej 12:1-9; Kel 19:5-6; Kis Ras 20:28; I Petr 2:9-10). Ia diutus ke dalam dunia ini untuk menjadi berkat bagi seluruh kaum, bahkan bagi seluruh makhluk ciptaan Allah (missio ecclesiae; Kej 12:3; Mark 16:15). Hidupnya dan baktinya adalah demi untuk dunia ini, yaitu untuk memberitakan Khabar Baik (=Injil) kepada dunia ini (Luk 4:18-19), agar dunia percaya dan beroleh keselamatan yang dari Allah dalam Yesus Kristus itu. Ia tidak hidup untuk dirinya sendiri !

6. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, membebaskan, membaharui, mendamaikan dan mempersatukan (Roma 1:16-17; Luk 4:18-19). Semua itu secara lengkap dan sempurna telah menjadi nyata dan diwujudkan dalam karya Yesus Kristus. Ia telah membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan atas diri manusia, seperti belenggu penyakit, kemiskinan dan ketidakadilan sosial, penindasan manusia atas sesamanya, dsbnya.

7. Gereja sebagai persekutuan baru, sebagai umat milik kepunyaan Allah yang diutus ke dalam dunia ini, telah menerima tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan Khabar Baik itu kepada seluruh umat manusia dari berbagai latar belakang sosial budaya, ras, bangsa/suku bangsa, agama, dll. Karena panggilannya itu, ia (gereja) berhutang kepada semua orang mengenai Injil sebagai Khabar Baik dari Allah itu (Roma 1:14). Ia harus membayar hutang itu dengan jalan berupaya sekuat tenaga, di bawah bimbingan Roh Kudus, untuk mewujudkan Khabar Baik itu bagi semua orang, dalam situasi dan konteks kehidupan masing-masing yang nyata.

8. Dalam melaksanakan tugas panggilannya, gereja harus selalu memperhitungkan konteks (=keadaan lingkungan) di mana ia membberitakan Injil itu. Dalam hubungan dengan itu, Konsultasi Pekabaran Injil II Gereja Toraja memahami bahwa ada tiga konteks yang harus selalu diperhitungkan, yaitu Konteks osial budaya, Konteks Agama-agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan konteks dunia modern (globalisasi,IPTEK dan Informasi).


II. PEMAHAMAN TENTANG KONTEKS GEREJA DALAM RANGKA MELAKSANAKAN MISI GEREJA YAITU MEMBERITAKAN INJIL
KEPADA SEGALA MAKHLUK.

A. Konteks Sosial Budaya.

1. Berbudaya adalah tugas yang diberikan Allah kepada mnausia (Kej 1:28f; 2:15). Dengan akal budi yang dikaruniakan Allah kepadanya, manusia diberi kemampuan, kemungkinan, wewenang dan tanggung jawab untuk mengolah, memanfaatkan, memelihara serta mempertanggungjawabkan seluruh kemungkinan yang terkandung di dalam alam semesta ini.

2. Tetapi dosa telah mengakibatkan manusia memutarbalikkan semua itu di hadapan Allah dan terhadap sesamanya manusia (Kej 3:17f; 11:1-11). Manusia mempergunakan kemampuan berbudayanya sebagai kesempatan memberontak melawan Allah. Karena itu, dalam berbudaya dan melalui kebudayaannya manusia memperlihatkan ketidakpengenalan yang benar akan Allah, bahkan memutarbalikkan kebenaran tentang Allah (bnd.Roma 1:18ff).

3. Melalui Yesus Kristus yang telah menjadi manusia itu, Firman Allah masuk ke dalam kebudayaan manusia (Yoh 1:14). Firman Allah menyatu dengan kebudayaan manusia. Firman itu tidak menarik manusia dari dalam kebudayaannya dan masyarakatnya, melainkan membaharui kebudayaan manusia dengan jalan mengadakan pembaharuan di dalam diri manusia, membaharui hati dan akal budi manusia (bnd.II Kor 5:17), sehingga seluruh aktivitas hidup manusia senantiasa berpadanan dengan Injil Kristus dan tertuju kepada perwujudan langit baru dan bumi baru (bnd.Wahyu 21:1-8).

4. Oleh karena itu gereja terpanggil untuk memahami dengan benar, membaharui, menumbuhkembangkan, serta memanfaatkan kebudayaan secara positif, kritis, dan kreatif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat di bawah terang firman Allah. Itulah transformasi kebudayaan.
Gereja tidak anti kebudayaan. Tetapi gereja menolak setiap praktek berbudaya manusia yang membelakangi Allah dan -- karena itu-- merusak kehidupan manusia dan masyarakat.

5. Di dalam setiap kebudayaan dari sesuatu suku atau bangsa terkandung nilai-nilai luhur, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :nilai-nilai magis-religius, nilai-nilai hukum, nilai-nilai pola kehidup-
an, nilai-nilai etika, dan nilai-nilai hubungan sosial kemasyarakatan. Berpedoman kepada pemahaman akan nilai-nilai budaya yang sedemikian itulah gereja dapat melakukan transformasi (= pembaharuan) kebudayaan. 6. Transformasi kebudayaan adalah suatu proses yang dinamis dan membutuhkan waktu, ketekunan dan kesabaran, dan harus selalu ditempatkan di bawah terang firman Allah dan oleh bimbingan kuasa Roh Kudus (bnd. Kel. 31:1-11; 35:30-36:7). Transformasi membutuhkan strategi, dan strategi yang tepat adalah dengan mengangkat nilai-nilai yang melekat pada sesuatu unsur kebudayaan tertentu ke dalam pola hidup dan pelayanan gereja.

7. Bagi Gereja Toraja yang bertumbuh secara khusus di dalam konteks sosial budaya Toraja, dengan senantiasa menyadari akan kehadiran dan pelayanannya di dalam konteks sosial budaya bangsa Indonesia pada umumnya, salah satu strategi yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan mengangkat nilai-nilai sosial budaya yang melekat pada budaya tongkonan sebagai sumber budaya Toraja, untuk membentuk pola-pola hidup dan pelayanan gereja. Untuk itu dibutuhkan suatu pengkajian yang mendalam dan terus-menerus mengenai budaya tongkonan itu.


B. Konteks Agama-Agama dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa

1. Bangsa Indonesia mengakuai kepelbagaian agama yang dianut oleh masyarakat bangsa Indonesia. Kepelbagaian agama (pluralitas agama) itu merupakan salah satu ciri khas dari masyarakat dan bangsa Indonesia. Kepelbagaian itu merupakan suatu kekayaan bangsa Indonesia, merupakan sumber inspirasi dan motivasi untuk membangun bangsa ini berasaskan kekeluargaan, saling menghormati, dengan tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan suku, ras, agama, latar belakang sosial budaya, dan sebagainya. Konteks gereja-gereja di Indonesia sekarang ini sungguh-sungguh bersifat majemuk dalam berbagai seginya : suku, ras, agama, budaya, kepercayaan, professi, dsbnya. Kenyataan konteks ini menuntut pola dan sikap hidup pelayanan gereja yang dialogis dan dinamis.

2. Kebangkitan agama-agama di berbagai bagian dunia sekarang ini, baik secara kuantitatif (pertambahan jumlah pemeluk sesuatu agama) maupun kualitatif (mutu penghayatan dan pengamalan ajaran agama), merupakan salah satu ciri zaman modern kita. Hal itu menggembirakan kita, sebab dengan itu nampak bahwa manusia di abad modern ini tetap memiliki rasa dan sikap keterikatannya yang dalam kepada kuasa yang adi kodrati.

3. Gerakan kebangkitan agama nampak dengan jelas di kalangan umat pemeluk agama Islam. Seperti halnya agama Kristen yang dikenal sebagai agama misioner, agama Islam sebagai agama dakwah memperlihatkan kebangkitan yang mengagumkan di kalangan kurang lebih satu miliar pemeluknya di seluruh dunia. Kebangkitan yang mengagumkan itu nampak dalam berbagai kegiatan di bidang keagamaan, kemasyarakatan maupun di bidang politik,yang berkembang dengan amat pesatnya.
Khususnya di Indonesia, agama Islam sedang memasuki era kebangkitan yang bersifat menyeluruh. Semua itu karena persiapan-persiapan dan usaha-usaha yang matang di masa lampau, yang dilaksanakan secara terencana, terus-menerus dan terarah, misalnya di bidang pendidikan, sosial ekonomi, politik, maupun kegiat-an-kegiatan di bidang pembinaan kehidupan keagamaan.

4. Tetapi sementara itu, dengan sedih kita menyaksikan pergolakan-pergolakan bahkan konflik-konflik yang terjadi di berbagai bagian dunia kita, sebagai akibat dari pertentangan antar-umat seagama atau antar-penganut agama dari agama-agama yang berbeda-beda. Di berbagai belahan bumi kita ini, agama justru menjadi penyebab perpecahan, pertikaian, bahkan konflik-konflik berdarah yang meminta korban, seringkali bahkan dengan cara-cara yang paling kejam.

5. Pengalaman-pengalaman kita di Indonesia membuktikan bahwa semakin diperlukan upaya-upaya yang intensif, untuk mengembangkan kerukunan yang aktif dan dinamis di antara para penganut dari berbagai agama, dalam rangka bersama-sama membangun sebuah masyarakat dunia yang aman, sejahtera dan lestari, dengan masing-masing memberikan yang terbaik dari nilai-nilai luhur keagamaan, yang bersumber dari keyakinan dan ajaran agamanya (=kerukunan yang dinamis).

6. Selain konteks masyarakat Islam yang merupakan konteks bersama dan menyeluruh gereja-gereja di Indonesia, konteks agama-agama suku, seperti halnya agama suku Toraja yang dikenal dengan nama Aluk To Dolo, merupakan konteks yang nyata dari gereja-gereja di Indonesia termasuk Gereja Toraja. Agama suku Toraja Aluk to dolo, yang telah digabung dan menjadi salah satu sekte dari agam Hindu Dharma di Bali, memperlihatkan pula "kebangkitan"nya bersamaan dengan digalakkannya industri pariwisata nasional di Tana Toraja. Kenyataan ini merupakan salah satu tantangan yang spesifik bagi Gereja Toraja, sebab di satu pihak Gereja Toraja bertekad untuk turut menyukseskan program nasional di bidang kepariwisataan itu, tetapi di pihak lain Gereja Toraja prihatin akan makin suburnya berbagai praktek sosial budaya dan adat istiadat, terutama di kalangan kelompok masyarakat tertentu, yang, menurut hemat Gereja Toraja, sudah tidak patut lagi untuk ditumbuhkembangkan, baik karena akan merupakan hambatan jangka panjang maupun jangka pendek terhadap jalannya pembangunan nasional.

7. Sebagai sesama manusia dan sesama warga masyarakat dan bangsa Indonesia yang selalu merindukan kehidupan yang adil, makmur, sejahtera penuh kedamaian, maka dengan dasar Pancasila dan UUD 45, warga gereja bertanggung jawab memelihara dan menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Setiap warga gereja bertanggung jawab untuk melaksanakan secara aktif (=pro aktif) usaha memelihara dan menumbuhkembangkan kerukunan yang dinamis intern-umat sesuatu agama, antar-umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah.

8. Secara teologis dan berdasarkan asas satu-satunya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, penganut agama-agama lain merupakan mitra sejajar menyangkut hak, kewajiban dan martabat manusia dalam membangun seluruh masyarakt dan bangsa Indonesia (band.Mat 25:31-46, khususnya ayat 40). Tanpa mereduksi kebenaran Injil Yesus Kristus, gereja wajib memasuki dialog yang nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan para penganut agama-agama lain, dalam rangka bersama-sama membangun sebuah masyarakat dan bangsa yang adil,makmur, dan lestari berdasarkan Pancasila dan UUD 45, dan dalam rangka gereja melaksanakan tugas panggilannya untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk(Markus 16:15).

9. Dialog dipahami sebagai dialog dalam persekutuan masyarakat, dialog dengan tetangga di sebelah rumah, dengan rekan sekantor, teman sepekerjaan,dsbnya. Dialog adalah dialog yang hidup di dalam masyarakat. Cara hidup keteladanan berdasarkan kasih Yesus Kristus merupakan tuntutan bagi setiap warga gereja memasuki dialog dengan penganut agama-agama lain.

10. Untuk memasuki dialog, setiap warga gereja harus memahami imannya sendiri dan mengenal iman serta budaya dan adat istiadat penganut agama-agama lain secara positif dan obyektif. Positif, artinya tanpa kecurigaan, tidak memandang rendah pihak-pihak lain maupun keyakinan orang-orang lain, melainkan sebaliknya mencanangkan penghargaan dan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Obyektif, artinya apa adanya sebagaimana yang dipercayai oleh penganut-penganut dari agama-agama lain, menghargai dan mengakui secara terbuka dan kritis tawaran-tawaran yang positif dan bersifat memajukan atau melayani kehidupan bersama seluruh masyarakat dari kalangan agama-agama lain.

11. Dalam konteks kenyataan tentang kesenjangan sosial dan kemiskinan yang masih membelit sebagian besar masyarakat bangsa Indonesia, gereja harus memusatkan perhatian dan kegiatan misionernya pada kesetikawanan dengan kaum miskin dan lemah secara bersama-sama dan dinamis dengan agama-agama lain.

C. Konteks Dunia Modern: Globalisasi, IPTEK & Informasi.

1). Globalisasi dan modernisasi, yang digerakkan oleh IPTEK sebagai kekuatan intinya, telah mengakibatkan berbagai perubahan mendasar di dalam kehidupan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini, termasuk bangsa Indonesia. Perubahan-perubahan itu menimbulkan dampak yang sangat luas terhadap kehidupan masyarakat, yang pada gilirannya akan mendorong terbentuknya sikap serta reaksi masyarakat terhadap proses globalisasi dan modernisasi itu. Sebagai contoh, bertumbuh-kembang-nya primordialisme di kalangan masyarakat bangsa Indonesia dari berbagai lapisan maupun dengan berbagai latar belakang sosial budaya dewasa ini, pada hakekatnya merupakan pencerminan dari reaksi masyarakat terhadap proses globalisasi dan modernisasi yang sedang berlangsung sangat cepat itu.

2. Dalam menghadapi arus globalisasi dan modernisasi itu, gereja harus bersikap positif, kritis, kreatif, dan realistis. Gereja harus berusaha mengantisipasi dampak-dampak dari perubahan-perubahan yang timbul akibat globalisasi dan modernisasi, dalam rangka merumuskan dan meletakkan landasan-landasan moral, etik dan spiritual bagi seluruh masyarakat, khususnya bagi warga gereja, untuk menghadapi era globalisasi dan modernisasi itu. Globalisasi dan modernisasi niscaya akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial budaya, moral etik, dsbnya di tengah-tengah dan bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, yang sebagian besarnya masih terikat erat di dalam nilai-nilai dan tradisi sosial budaya leluhur bangsa Indonesia, serta yang dikenal sebagai masyarakat yang beragama. Dalam hubungan dengan itu, di bawah terang ketaatan kepada Yesus Kristus, bersama-sama dengan golongan-golongan agama lain, gereja harus terus-menerus berusaha agar supaya seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia sungguh-sungguh berpegang teguh pada Pancasila, yang diayakini akan mampu berfungsi sebagai alat penyaring (filter) terhadap segala pengaruh dari luar yang masuk melalui proses globalisasi dan modernisasi itu.

3. IPTEK sebagai inti kekuatan yang menggerakkan proses globalisasi dan modernisasi, memang telah sangat berperan dalam mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Tetapi harus pula disadari bahwa IPTEK dapat pula menimbulkan ancaman dan ketakutan terhadap umat manusia. Sifat ganda IPTEK itu harus selalu disadari. Untuk itu gereja menunjukkan, berdasarkan kesaksian Alkitab sebagai firman Allah, bahwa sikap ganda itu bersumber dari sikap roh manusia di hadapan Allah. Baik buruknya IPTEK itu tidak terletak dan tergantung pada IPTEK itu sendiri. Hal itu tergantung pada diri manusia sebagai pelaku IPTEK. Sisi gelap dan menakutkan dari IPTEK tidak terletak di dalam IPTEK itu sendiri, melainkan di dalam diri manusia yang selalu cenderung melawan Allah dan mendatangkan kerusakan terhadap sesamanya dan lingkungan hidupnya (band. Kej 6:5). Oleh karena itu gereja harus terus-menerus memberikan bimbingan moral, etik, dan spiritual bagi warganya yang berkecimpung dalam pengembangan dan pente- rapan IPTEK, agar hal itu dilakukan demi untuk kesejahteraan umat manusia, khususnya untuk seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia.

4.Sehubungan dengan itu, gereja harus mampu menunjukkan akibat-akibat negatif dari pengembangan dan penterapan sesuatu temuan IPTEK terhadap kemanusiaan maupun lingkungan hidup, seperti mi- salnya penggunaan pestisida, tenaga nuklir (PLTN), eugenetika, pengotoran/pengrusakan lingkungan akibat limbah industri, dsbnya. Gereja harus bersuara secara terus terang terhadap hal itu, demi kemanusiaan, demi keutuhan seluruh ciptaan Allah.
Dengan kata lain, gereja harus terus-menerus menggumuli masalah-masalah moral-etis dan kemanusiaan yang timbul akibat pengembangan dan penterapan IPTEK, dan, bersumber dari kebenaran Allah yang disaksikan di dalam Alkitab, mengembangkan dan menyusun "etika IPTEK" , baik untuk pengembangannya maupun untuk penterapannya, agar harkat dan martabat manusia tetap dijunjung tinggi.

5. Globalisasi, modernisasi dan IPTEK telah semakin memudahkan pelayanan dalam rangka pemenuhan misi gereja. Tetapi juga hal itu telah mengubah pola-pola pengkomunikasian INJIL. Perubahan-perubahan pola itu memang dituntut sebagai akibat dari perubahan pola-pola kehidupan masyarakat akibat pengaruh dari globalisasi, modernisasi, serta penterapan IPTEK di dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Karena perubahan-perubahan itu akan semakin berkembang di masa-masa mendatang, yang merupakan konsekuensi dari ditetapkannya IPTEK sebagai salah satu asas dalam pembangunan nasional bangsa Indonesia, maka gerejapun harus semakin berupaya untuk meningkatkan ketrampilan dalam memanfaatkan berbagai sarana komunikasi modern untuk mengkomunikasikan INJIL secara efektif.

5. Gereja perlu memperlengkapi warga gereja untuk menghadapi berbagai dampak globalisasi, modernisasi dan (pengembangan serta penterapan) IPTEK di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, agar mampu memanfaatkan peluang-peluang yang diciptakan oleh globalisasi, dsbnya itu untuk meningkatkan taraf kehidup-annya, dan jangan terjerumus ke dalam berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses itu, seperti misalnya pola hidup konsumtif, materialistis, individualistis, mencari kenikmatan hidup duniawi (hedonistis) misalnya melalui penggunaan obat-obat terlarang (narkotik dan obat-obat atau hal-hal lain yang menimbulklan "kenikmatan luar biasa"), dsbnya. Dalam hubungan itu, generasi muda perlu mendapat perhatian khusus, sebab pengaruh-pengaruh globalisasi, modernisasi dan pengembangan/penterapan IPTEK sangat mudah berkembang di kalangan generasi muda itu. Mereka harus diperlengkapi dengan kemampuan yang positif, kritis, dan kreatif untuk menghadapi era globalisasi, modernisai, dan (pengembangan serta penterapan) IPTEK.

6. Gereja, termasuk Gereja Toraja, terpanggil untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama generasi muda, secara merata dan menyeluruh, dalam rangka menyongsong dan menyukseskan program nasional bangsa Indonesia dalam era tinggal landas, yang akan ditandai dengan pengembangan dan penterapan IPTEK di dalam seluruh bidang kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Gereja harus mampu dan berani me- nyuarakan nasib mereka yang tertinggal, miskin dan lemah, agar jangan (terus-menerus) menjadi korban modernisasi dan penyalahgunaan kuasa termasuk kuasa IPTEK, sebaliknya agar justru mereka itulah yang menjadi sasaran dan pilihan yang didahulukan dalam upaya meningkatkan mutu kehidupan manusia melalui pengembangan dan penterapan IPTEK. 7. Gereja, khususnya Gereja Toraja, turut bertanggung jawab dalam pengemba- ngan pariwisata, agar program nasional ini dapat pula dijadikan sebagai momentum untuk mengembangkan hubungan persahabatan antar-bangsa, budaya, dan bahasa, selain sebagai kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi mereka. Bagi gereja, pengembangan hubungan persahabatan antar-bangsa, budaya, dan bahasa itu dilaksanakan dalam terang pelaksanaan misi gereja untuk 'memberitakan Injil kepada segala makhluk di seluruh dunia' (Mark 16:15). Di pihak lain, gereja harus mempersiapkan warga gereja dan bahkan segenap lapisan masyarakat untuk menghadapi dan meredam pengaruh-pe- ngaruh negatif, yang akan masuk bersamaan dengan masuklnya arus wisatawan ke dalam sebuah masyarakat, sepertinya misalnya masyarakat di daerah tujuan wisata Tana Toraja.

8). Dalam melaksanaan hal-hal tersebut di atas, gereja khususnya Gereja Toraja harus selalu berupaya mengembangkan hubungan dan kerjasama dengan semua pihak. Ia harus selalu menyadari, bahwa ia berada di tengah-tengah sebuah masyarakat yang majemuk, baik secara agamawi, sosial budaya, ras/etnis, dsbnya. Kemajemukan itu harus diterima sebagai kehendak Allah, dan oleh karena itu harus dialami dalam ketaatan kepada Allah dan sikap menghormati, menghargai, dan mengasihi sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Allah lainnya.
Kemajemukan itu merupakan suatu peluang dan tantangan bagi gereja khususnya Gereja Toraja untuk menguji dirinya, apakah ia mampu menciptakan dan membina sebuah hubungan yang komunikatif dan dialogis dengan semua pihak dari berbagai lapisan masyarakat, golongan agama, latar belakang sosial budaya, dll dalam rangka pelaksanaan misi kesaksiaannya tentang Injil Yesus Kristus. Dan dalam hubungan dengan itu pula, kemajemukan itu menjadi suatu tantangan dan peluang bagi gereja termasuk Gereja Toraja untuk membina kerjasama dalam rangka bersama-sama menyukseskan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Untuk itu jemaat-jemaat khususnya di dalam lingkungan Gereja Toraja perlu menumbuhkembangkan sikap dan mental yang terbuka, komunikatif, dialogis untuk membina kerjasama dengan masyarakat di sekitarnya.


Demikianlah Kesimpulan sebagai Hasil Konsultasi Pekabaran Injil II Gereja Toraja.



Rantepao, 18 Maret 1994.

Injil, Damai Sejahtera Bagi Semua

Dari Konsultasi Regional Pekabaran Injil di PSP Tangmentoe, Tana Toraja

Pekabaran Injil adalah tugas hakiki gereja, yang melekat pada gereja, dan karena itu tidak mungkin diabaikan. Tugas itu amat luas dan tidak dapat direduksi hanya pada sekadar pemberitaan kata-kata saja, tetapi juga melalui perbuatan. Injil itu bersigat menyelamatkan, artinya orang yang mendengarkannya harus memperoleh kesejahteraan dan kesejukan. Karena itu tidak dapat dipaksakan. Demikian juga tidaklah layak kalau kita menetapkan target-target tertentu, misalnya dengan mengatakan bahwa tahun sekian daerah A sudah harus menjadi Kristen. Ini mendaulat kedaulatan Allah yang berkuasa mengubahkan dan memperbarui. Injil juga bersifat memperdamaikan, artinya suasana damai-sejahteralah yang harus diciptakan di antara manusia. Suasana damai sejahtera dengan Allah harus terefleksi di dalam damai sejahtera dengan sesama manusia.
Jadi tugas ini amat luas. Pekabaran Injil dialamatkan kepada berbagai upaya-upaya menghapuskan kemiskinan, misalnya. Kalau gereja secara serius melakukan itu, maka Injil telah dikabarkan. Injil adalah kabar baik bagi mereka yang berada dalam penindasan. Kalau dalam suasana yang mencekan gereja datang dengan berita pembebasan yang konkrit, maka Injil telah diberitakan. Bahkan di dalam menghadapi berbagai pencemaran lingkungan yang makin mendera dunia kita dewasa ini, berita pembebasan yang harus diwartakan sekuat-kuatnya bai alam semesta. Kita tidak dapat mengklaim pemberitaan Injil apabila kita tidak mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan hidup. Contohnya, Amerika Serikat sampai sekarang belum mau menandatangani Protokol Kyoto. Protokol itu mengandung semacam ajakan kepada semua pemerintah di dunia untuk mengurangi atau bahkan menghapus efek rumah kaca yang menyebabkan polusi. Kita sudah melihatnya sekarang dalam wujud ketidakteraturan iklim yang melanda seluruh dunia. Ada salju yang turun di luar waktu lazim.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ketika menyampaikan pokok pikiran “Gereja di Indonesia dan Pekabaran Injil” dalam konsultasi Regional PI dalam masyarakat Majemuk untuk wilayah Indonesia Tengah yang yang berlangsung di PSP Tangmentoe Tana Toraja pada tanggal 13-15 Agustus 2007. Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang Marturia PGI bekerjasama dengan Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja.
Lebih jauh Pdt. Yewangoe, dihadapan 50-an peserta yang berasal dari berbagai Sinode dan Lembaga yang ada di Sulawesi, mengungkapkan bahwa konon di Amerika Serikat ada Gereja yang amat berpengaruh dan sangat giat dalam rangka Pekabaran Injil, tetapi justru menganjurkan agar Presiden George W. Bush Jr tidak perlu menandatangani protokol. Ini tentu ada pertimbangan dagang di belakangnya. Sikap seperti ini adalah sikap yang tidak sungguh-sungguh memberitakan pembebasan kepada dunia ini.

Perlu dialog
Masalah dialog merupakan sebuah keharusan diantara umat beragama. Menurut Hans Kung, tidak ada perdamaian diantara bangsa-bangsa tanpa perdamaian diantara penganut agama-agama. Tidak ada perdamaian diantara penganut agama-agama tanpa dialog antar umat beragama. Tidak ada dialog antar umat beragama tanpa pemahaman yang mendalam atas masing-masing agamanya. Demikian diungkapkan oleh Pdt. Dr. Zakaria J. Ngelow dengan judul materi Membangun Dialog antar Umt berbeda agama dalam masyarakat Majemuk.
Adapun titik tolak dari dialog adalah sebagai panggilan missioner gereja/orang Kristen untuk mengasihi sesama manusia guna bersama-sama penganut agama-agama lain mewujudkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.

Islam Agama Cinta Damai
Dari segi penamaan, Islam berbeda dari agama samawi lain yang namanya dinisbatkan kepada nabi sang penerima wahyu. Nama Islam terambil dari akar kata salima yang maknanya berkisar pada keselamatan dan keterhindaran dari segala yang tercela. Salah satu sifat Allah yang terpuji adalah as-Salaam. Disebut demikian karena Dia Maha Sempurna, terhindar dari segala aib, kekurangan, dan kepunahan.
Islam secara teologis merupakan rahmat bagi seluruh alam. Ajarannya mengandung nilai-nilai universal, meliputi semua aspek kehidupan manusia. Dari aspek kehidupan, ajarannya meliputi persoalan manusia sejak sebelum dilahirkan sampai ke saat kematian. Dari aspek hukum, meliputi berbagai persoalan manusia, baik dalam kapasitasnya sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dari aspek psychologis, ajarannya memberikan ketenteraman lahir batin; dan dari aspek antropologi ajarannya ditujukan kepada semua bangsa dan masyarakat.
Islam amat menonjolkan ajaran persamaan antar semua manusia. Seluruh ajarannya mengedepankan persamaan derajat antar bangsa, warna kulit, keturunan, letak geografis, dan status sosial. Kalaupun dalam perbedaan di antara mereka, perbedaan itu tidaklah dimaksudkan untuk saling menindas, mendiskriminasi, dan bermusuhan, melainkan untuk tujuan yang luhur, yaitu saling mengenal dan sekaligus untuk menguji siapa yang lebih takwa kepada-Nya. Manusia hanya dibedakan dari aspek prestasi dan kualitas takwanya. Demikian ajaran yang temaktub dalam teks-teks suci ajaran Islam.
Namun, ketika ajaran luhur itu turun ke bumi dan diimplementasikan dalam kehidupan manusia, maka di sana-sini terjadi distorsi. Manusia seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak sama, manusia hanya diakui setara di hadapan Tuhan, tidak demikian di hadapan manusia. Diskriminasi atas dasar perbedaan warna kulit, status sosial, dan seterusnya tidak bisa dieliminis sepenuhnya.
Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, MA staf ahli Menteri Agama Bidang Hubungan Organisasi Keagamaan Internasional dan pengamat Masalah Gender, perempuan pertama yang dikukuhkan LIPI sebagai ahli Peneliti Utama, menyoroti masalah Jender dalam konteks kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di Indonesia.
Lebih jauh diungkapkan untuk menyikapi berbagai konflik yang ada, tampaknya upaya dialog masih merupakan alternatif solusi yang tepat untuk mendewasakan umat beragama. Yang perlu ditingkatkan adalah kualitas dan intensitas dari dialog itu sendiri. Para pemuka agama mestinya tidak perlu risih untuk berpolemik antara satu sama lainnya. Melalui polemik yang berjalan damai akan teruji kekuatan argumentasi masing-masing, dan pada gilirannya akan tampak ketepatan interpretasi masing-masing. Umat beragama pada dekade berikutnya akan mengambil manfaat dan banyak belajar dari polemik dan perbenturan pendapat itu. Selain itu, perlu juga membangun dialog kehidupan, yakni dialog dalam bentuk kerjasama mengatasi berbagai persoalan riil di masyarakat, seperti menanggulangi busung lapar, mengeliminasi kemiskinan dan pengangguran, memerangi narkoba dan HIV/Aids, melakukan aksi donor darah, dan membantu kelompok masyarakat yang tertimpa bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat keserakahan manusia. Dalam dialog kehidupan itulah biasanya akan terbangun rasa solidaritas di antara umat yang berbeda agama menuju terwujudnya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Memang sering muncul kekhawatiran bahwa dengan terungkapnya kelemahan dan bahkan, kekeliruan dari pendapat-pendapat yang selama ini sudah dianggap mapan dalam kehidupan beragama masyarakat, akan menimbulkan keresahan dan kegelisahan. Justru seharusnya di sinilah letak tugas dan fungsi pemimpin agama mendampingi umatnya dalam proses keberagamaan mereka dan meyakinkan bahwa proses keberagamaan itu tidak pernah final atau selesai, melainkan berlangsung sepanjang hayat manusia.
Mencegah timbulnya berbagai konflik seperti di atas, sejumlah solusi ditawarkan, dan yang paling menjanjikan tampaknya adalah bagaimana menciptakan kondisi dan suasana yang memungkinkan terjadinya dialog di antara umat yang berbeda agama. Melalui dialog mereka diharapkan dapat saling mengenal dan memahami agama mitra dialog mereka masing-masing yang pada gilirannya nanti akan mencari sisi-sisi yang sama di antara ajaran agama yang berbeda itu untuk dijadikan landasan hidup rukun dalam suatu masyarakat. Untuk itu, perlu ada semacam gentlemen agreement, yakni bahwa di antara pihak-pihak yang terlihat dalam dialog tersebut tidak akan saling mengintervensi atau saling mempengaruhi keyakinan masing-masing.
Agar dialog dapat berjalan efektif dan menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak, maka para pelaku dialog harus memiliki komitmen untuk menerima toleransi dan pluralisme. Toleransi pada intinya adalah kemampuan menahan diri agar potensi konflik dapat ditekan, sedangkan pluralisme adalah kesediaan menerima kemajemukan untuk kemudian terlibat secara aktif dalam mempertahankan kemajemukan tersebut sebagai sesuatu yang harus diterima dan juga harus dirayakan.
Dalam konteks agama, pluralisme berarti setiap pemeluk agama harus berani mengakui eksistensi dan hak agama lain dan selanjutnya bersedia aktif dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan berbagai agama menuju terciptanya suatu kerukunan dalam kemajemukan agama. Hanya saja perlu diwaspadai agar pluralisme yang dicita-citakan itu tidak menjelma menjadi sinkretisme, kosmopolitanisme, dan relativisme. Untuk menghindari ketiga hal tersebut, maka pluralisme yang akan diwujudkan hendaknya beranjak dari komitmen yang kuat dari setiap pemeluk agama terhadap ajaran agama masing-masing.

Perjumpaan Islam dan Kristen di KTI
Dalam rangka memberikan wawasan mengenai bagaimana perjumpaan Kristen dan Islam di Kawasan Timur Indonesia, Pdt. Dr. Jan S. Aritonang menyampaikan materi Pekabaran Injil di tengah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Diuraiakan bagaimana para pekabar Injil memasuki daerah di KTI, pelayananya, perjumpaan dengan para penguasa yang ada di sana hingga perjumpaan antara umat Kristen dan umat Islam.

Seruan pertobatan dari Meko
Meko adalah nama sebuah desa di wilayah kabupaten Poso yang sejak pertengahan Januari 2007 terjadi kesembuhan dari berbagai “penyakit”, terjadi rekonsiliasi natural, pertemuan manusia yang latar belakang agama yang berbeda-beda, kaya dan miskin menjadi sama dan berinteraksi dengan damai di Meko.
Di Meko, Selvin Lidya Anugrayani seorang anak perempuan berusia 9 tahun dan ibunya mengajak berdoa: “Doa Bapa Kami” dan melagukan dengan judul: “Allah kuasa melakukan segala Perkara”. Dalam pelayanan di Meko diseruhkan tentang pertobatan, menyelesaikan persoalan-persoalan pribadi, rumah tangga, keluarga dan masyarakat.
Demikian diungkapkan Pdt. Rinaldi Damanik, S.Th mantan ketua Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah ketika memberikan informasi sekitar Peristiwa Meko sebuah persfektif empiris dihari terakhir konsultasi ini.
Masukan lain, Pdt. Dr. Tertius Lantigimo, PI dalam tinjauan Biblis, dosen Biblika STT GKST. Masukan lain diungkapkan oleh Pdt. Paul Patanduk, S.Th dari PGIW Sulselbara, Pdt. Musa Salusu, M.Th dari Gereja Toraja, Pdt. Dr. R. Humphrey S. Kariodimedjo dari PGIW daerah Istimewa Yogyakarta. (Aleksander Mangoting)

Sidang Klasis Pangala': Pengurus BPK 2007 - 2012

Sidang Klasis Pangala’ berlangsung pada tanggal 26-28 Pebruari 2007 di jemaat Perangian dibawah sorotan tema: Berubalah oleh Pembaruan Budimu . . . (Roma 12:2) dihadiri 126 peserta. Peserta itu berasal dari Jemaat Limbong, Jemaat Lo’ko’ Lemo, Jemaat Lalikan, Jemaat Tondok Ratte, Jemaat Dumbia, Jemaat Pangala’, Jemaat Buntu Marrang, Jemaat Bulumanuk, Jemaat To’nakka’, Jemaat Perangian, Jemaat Rantebulan, Jemaat L. Poton, Jemaat Tanete, Jemaat Ponglu’, Pengurus BPK, Pengurus BVK dan BPS Gereja Toraja.
Pimpinan Sidang dalam Sidang Klasis ini adalah: Ketua Pdt. Daud Kaluring, S.Th, Sekretaris: Pdt. Asmen Tonapa, S.Th dan Pengganti Umum Pnt. Marthen Pali.

Beberapa keputusan yang penting sleain program yang rutinitas yaitu:
1. Kegiatan rambu solo yang membutuhkan waktu lebih dari dua hari ditiadakan pada bulan Desember.
2. Terus menerus memberikan pemahaman tentang arti ma’nene’.
3. Penyusunan sejarah Injil masuk di Pangala’.
4. Pertemuan rutin pendeta dan proponen dilaksanakan sekali setiap bulan.
5. Perlunya dikembangkan diakonia produktif di klasis Pangala.
Adapun personalia pengurus BPK Pangala’ untuk masa bakti 2007-2012 adalah sebagai berikut:
Ketua : Pdt. Menathan Tulak, S.Th
Ketua I : Pdt. Asmen Tonapa, S.Th
Ketua II : Pdt. Daud Kaluring, S.Th
Ketua III : Pnt. Paul Rassi’ Pongbulaan, B.Sc
Sekretaris : Pdt. Simon Palamba’, S.Th
Wakil Sekretaris : Pnt. Kornelius Pipang, S.Pd
Bendahara : Pnt. Dra. Agunes Bombang
Anggota Ex Officio: Ketua-ketua BPM se Klasis Pangala’.

Personalia Badan Verifikasi Klasis Pangala’ masa bakti 2007-2012 sebagai berikut:
Ketua : Pnt. J. Dondan, S.Pd
Sekretaris : Pnt. J. Tandi Tondon
Anggota : Pnt. Pina,SE, Pnt. L.S. Tondon, Pnt. Marthen Pali.
Sebagai calon tuan rumah untuk Sidang Klasis pada tahun 2012 adalah: Jemaat Lempo Poton dan Jemaat To’nakka’.

(Bahan disarikan dari keputusan Sidang Klasis Pangala’ oleh Aleksander Mangoting).

Pengurus BPK Pare-pare

Sidang Klasis XXVII Gereja Toraja klasis Pare-pare dilaksanakan di Jemaat Sion Pare-pare pada tanggal 12-15 Juli 2007 dibawah sorotan tema: Berubalah oleh pembaruan budimu” dengan subtema: Menikmati pembaruan yang membawah damai sejahtera bagi semua.

Ada program yang cukup mengemuka dipercakapkan dalam Sidang klasis ini adalah pembinaan teologi praktis kepada Majelis Gereja dan pengurus OIG, perlunya Liturgi pelepasan jenazah dan liturgi kreatif dan untuk kebutuhan itulah diharapkan akan dibentuk komisi liturgi dan pengembangan musik gerejawi pada tingkat Klasis dan jemaat.

Adapun susunan pengurus BPK Klasis Pare-pare periode 2007-2012 sebagai berikut:
Ketua : Pdt. Calfien Remsi, S.Th
Wakil Ketua : Pdt. Yosias Nari, M.Th
Sekretaris : Drs. Marthen Lita
Wakil Sekretaris : Drs. Luther Toti
Bendahara : Sym. Ny. Ribka Soedjono

Badan Verifikasi Klasis Pare-pare Periode 2007-2012
Ketua : Yohanis Bunga L, BE
Sekretaris : J.P. Tandirerung
Anggota : Pnt. Drs. Barnabas B.S.

Oleh: Aleksander Mangoting

06 Februari 2008

Sejarah singkat berdirinya Jemaat Rembo'-Rembo' Klasis Bittuang

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang mahakuasa bahwa atas perkenan-Nyalah sehingga sejarah singkat ini dapat ditulis dan dibacakan pada saat ini.

Keadaan semula.
Pada tahun 1963 di daerah ini terdaapt penduduk penganut Agama Suku (Aluk Todolo), tetapi juga terdapat beberapa penganut Agama Kristen Protestan Gereja Toraja Mamasa. Pada tahun 1963 inilah Majelis Gereja Toraja Mamasa jemaat Karaka= membuka cabang kebaktian di Buttu beranggotakan 6 KK yang dilayani oleh salah seorang anggota Majelis Gereja Jemaat Karaka= yaitu : Buttu Karaeng. Cabang kebaktian yang beranggotakan 6 KK ini beberapa lama kemudian mengalami penambahan jumlah akhirnya waktu itu 6 KK berubah menjadi 12 KK. Tempat ibadahnya hanya dilaksanakan di Lumbung.

Keadaan setelah peribadahan di Lumbung
Satu tahun setelah peribadahan di Lumbung yaitu tahun 1964 anggota dan peserta kebaktian semakin bertambah sehingga mereka membangun tempat ibadah darurat di Buttu yang juga sekaligus digunakan sebagai tempat belajar anak didik masyarakat setempat. Ibadah dilayani oleh anggota Majelis Gereja Toraja Mamasa dari beberapa jemaat Gereja Toraja Mamasa yaitu: S. Tappi= dan Sanda Karaeng dari GTM Jemaat Karaka= dan Kalembo= Tolan dari GTM Jemaat Manipi=. Sementara anggota pindahan dari penganut Agama Aluk Todolo masuk menjadi penganut agama Kristen, itu dilayani oleh Pdt. Tumo= dari Gereja Toraja Mamasa. Kemudian lima tahun kedepan tahun 1969 tempat peribadahan darurat di Buttu dipindahkan ke Salu, waktu itu masih tetap digembalakan oleh Butut Karaeng. Dua tahun kemudian yaitu tahun 1971 bahwa kondisi warga jemaat semakin bertambah maka tempat perbiadahan darurat di Salu dipindahkan ke Silalawe dimana gedung Sekolah Dasar Rembo=-rembo= adalah tempat peribadahan sementara. Eaktu itu Cabang tersebut masih digembalakan oleh Buttu Karaeng.

Terpisahnya CK dari GTM Jemaat Karaka= ke jemaat Dewasa Gereja Toraja jemaat Rembo=-rembo=
Pada tgl. 22 Desember 1972 atas persetujuan warga cabang Kebaktian dengan GTM Jemaat Karaka= sebagai induk maka cabang kebaktian tersebut diserahkan oleh GTM jemaat Karaka= ke Gereja Toraja menjadi jemaat Dewasa Gereja Toraja dan diberi nama Jemaat Rembo=-Rembo=. Hal ini terjadi atas alasan bahwa wilayah pelayanan Cabang Kebaktian adalah wilayah Pemerintah Daerah Tana Toraja dan wilayah pelayanan Gereja Toraja. Penyerahan Cabang tersebut dalam suatu ibadah yang dipimpin oleh Pdt.D.S. Talebong dari Gereja Toraja. Gedung peribadahan saat itu masih merupakan gedung Sekolah Dasar Rembo=-rembo=.
Anggota Majelis Gereja pertama setelah terpisah dari GTM Jemaat Karaka= dan setelah dewasa menjadi anggota Gereja Toraja jemaat Rembo=-Rembo= adalah: Matius Murru=, Musa dan anggota Majelis Gereja yang kedua adalah: Alexander Rombe (Alm), Atto (alm), Kalembo= Tolan dan Robert Betto=.
Pada tahun 1974 dibangun lagi gedung gereja dengan ukuran 12 X 5 m ramuan dari kayu, tetapi 6 tahun kemudian gedung ini direnovasi sehingga pada tahun 1990 didirikan lagi gedung gereja semi permanen dengan ukuran 18 X 7 m, yang letaknya di Silalawe poros jalan ke gedung gereja permanen sekarang. Setelah lima tahun dipakai, ditempat ini dibangun lagi gedung gereja dengan ukuran 22 X 10 m jenis permanen yang kita tahbiskan sekrang ini. Jumlah KK mencapai 152 KK. Jemaat Rembo=-Rembo= sekarang dilayani 15 anggota Majelis Gereja dan satu tenaga pendeta jemaat-jemaat yaitu Pdt. Y.M. Layuklinggi, S.Th.
Dalam bentangan waktu sejak 1963 sampai tahun 2001 telah dilayani oleh beberapa tenaga pendeta secara bergantian yaitu: tahun 1964 dikonsulen oleh Pdt. Tumo= dari GTM (Alm). Tahun 1972 dilayani oleh Pdt. D.S. Talebong dari Gereja Toraja.Tahun 1979-1983 dilayani oleh Pdt. Piter Tangronno=, B. Th GT. Tahun 1986 - 1990 dilayani oleh Pdt. Daniel Sassu=, GT. Tahun 1994 - 1998 dilayani oleh Pdt. allositandi, S.Th, GT. Tahun 2000 - sekarang dilayani oleh Pdt. Y.M. Layuklinggi, S.Th.Perjalanan jemaat Rembo=-Rembo= sejak tahun 1963-2001 mengalami banyak tantangan dan hambatan. Tetapi berkat Tuhan di dalam Yesus Kristus dan oleh pekerjaan Roh Kudus, berjalan maju dan bertumbuh dengan baik sampai sekarang. Semoga Kristus kepala Gereja senantiasa dimuliakan selamanya. Nara sumber: S. Tappi=, Buttu Karaeng, Robert Betto=, Marthen Kaya dan Ishak Kaya. Rembo=-Rembo= 23 Oktober 2001 Majelis Gereja Pnt. Robert Betto (Ketua) dan Pnt. Yunus Sau=layuk (sekretaris).

Pengurus BPK Mengkendek Selatan 2007 - 20012

Ketua: Pdt. Gerson Kendenan, S.Th
Ketua Bidang I: Pdt. Hana Lurah, S.Th
Ketua Bidang II: Pdt. Nataniel Ambalinggi, S.Th
Ketua Bidang III: Pnt. S.S. Pasorong, S.Pd
Sekretaris: Pnt. Y.E. Panannangan
Wakil Sekretaris: Pnt. Jusveri, S.TP
Bendahara: Sym. M.T. Pagiling

Badan Verifikasi Mengkendek Selatan
Periode 2007-2012
Ketua: Pnt. Bato=
Wakil Ketua: Pnt. Y.T. Pasorong
Sekretaris: Pnt. Daniel Poni. M.
Anggota: Sym. Salomina P, S.Pd, Pnt. Urbanus Payer

Diutus pada tanggal 18 Nopember 2007 di jemaat Bukit Sion Salubarani