06 Agustus 2008

Mujizat di Maindo, Bastem Tana Luwu

Diangkat ke Surga Selama Tiga Jam
“Aku mau ke Sorga” demikian diungkapkan Lily Pairi, remaja kelahiran Basse Sangtempe (Bastem), 7 September 1997 kepada kedua orang tuanya pada tanggal 17 Juli 2008 pagi. Hal itu terulang dua kali. Bahkan Bapaknya Daud Palili bertanya: apakah kami dapat ikut?. Tapi jawab Lily: Hanya saya. Mendengar itu, mamanya Paulina Pairi menangis karena membayangkan akan berpisah dengan anaknya, sebab pikir mamanya, Lily akan meninggal dunia. Tapi lain lagi Bapaknya, mengatakan: Kenapa kita harus menangis kalau Tuhan Yesus yang bawah, persoalan kalau iblis yang bawah. Sesudah itu, pada jam 12.00 - 15.00 secara manusiawi Lily sudah meninggal, sehingga keluarga, utamanya orang tua sudah menangisinya.
Selama tiga jam, menurut Lily, dalam percakapan dengan Bahana di rumahnya, bahwa selama itu, aslinya terangkat ke Surga dan yang palsunya (jasad) tinggal. Aslinya berangkat untuk melihat Surga dan melihat Tuhan Yesus duduk di kursi kebesarannya yang amat mulia dan tidak ada orang yang berhak duduk disinggasana, hanya Tuhan Yesus. Juga melihat gambar buah hati dengan tulisan “I love you” yang sangat besar. Kemudia Lily ditanya oleh Tuhan Yesus: apakah engkau bersedia kujadikan murid-Ku?. Jawab Lily: Bersedia. Kemudian dilanjutkan dengan mengatakan: Kalau begitu, surulah umatku bertobat, dan belajarlah kemudian masuk ke salah satu STT untuk mempelajari tentang teologi secara lebih mendalam. Sesudah itu, di Surga, Lily diberi perintah untuk kembali mengatakan kepada manusia bahwa bertobatlah dan jangan ulangi lagi. Sesudah hampir tiga jam, dimana omnya Rondong berdoa didepan jasad yang sudah kaki, belum selesai berdoa, sudah ada terasa bahwa jasad itu mulia goyang, dan ketika mengucapkan Amin, maka perlahan-lahan jasad itu bangun bagaikan robot tanpa persendian bangun dan melompot dan berseru: hore . . .hore . . Kumenang!! Dan sesudah itu ada percakapan yang dilakukan Lily dengan orang lain, yang tidak dilihat, dan mengatakan siapa yang sakit datang bertobat. Semua yang melihat peristiwa itu heran.
Sore sesudah kembali dari Surga, memangil orang dan meminta supaya beribadah bersama, kemudian juga mengadakan penyembuhan. Dalam setiap ibadah Lily yang berkhotbah dan memimpin doa serta pujian. Pembacaannya singkat, begitu juga uraian atau khotbahnya dalam bahasa yang sederhana dan singkat. Hal ini, tentu membuat setiap orang yang hadir, baik anak-anak maupun orang tua dapat memahaminya. Ini juga diungkapkan oleh Pdt. I.Y. Panggalo, D.Th Sekretaris Umum Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja pada tanggal 29 Juli 2008 di halaman rumah keluarga Lily di kampung Tamorron, Maindo, Bastem, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, ketika diminta memberikan refleksi atas perisitwa yang dialami oleh Lily. Inti dari seluruh khotbahnya adalah seruan untuk pertobatan dan mengakui perbuatan dosa dan jangan mengulanginya lagi.

Peristiwa ini menambah deretan pengalaman spiritual yang dialami anak di daerah Sulawesi Selatan sesudah Selvin di Sulawesi Tengah dan juga beberapa anak yang mengalami peristiwa serupa di beberapa tempat di Toraja dan daerah sekitarnya.

Puasa 40 hari
Sejak peristiwa yang terjadi tanggal 17 Juli 2008, maka sejak itu pula Lily yang sudah menjadi remaja periang, puasa selama 40 hari. Jadi setiap hari hanya makan roti, super mie atau kue-kue lainnya. Tidak makan nasi dan tidak makan daging, ikan.

Ganti Bahasa
Satu hal lagi, yang merupakan perubahan fenomenal adalah ketika selesai mengalami perisitiwa pengangkatan ke Surga ialah tidak dapat lagi memahami bahasa Toraja yang merupakan bahasa sehari-hari (bahasa ibu) yang digunakan selama ini. Jadi hanya memahami bahasa Indonesia. Hal ini disaksikan langsung oleh Bahana, yang bersama dengan Pdt. Panggalo mengunjungi kampung Tamorron yang berjarak puluhan km dari kota Palopo Sulawesi Selatan namun dengan kondisi jalan amat sulit, sehingga kalau naik ojek sekitar Rp. 75.000,- - Rp. 100.000,- tergantung kondisi jalanan.

Pemalu
Menurut penuturan sejumlah warga, Lily yang baru naik kelas II di SMP, merupakan seorang anak remaja yang pendiam, pemalu tapi pintar. Bahkan dalam pergaulan sebelum mengalami mujizat setiap harinya hanya memakai bahasa Toraja. Bahkan Pdt. Helmi Susanti, guru honorer agama Kristen Protestan di SMP I Bastem, tempat Lily menuntut ilmu, heran karena selama ini Lily pemalu.

Masih akan ke Surga
Menurut Lily, masih ada waktu ke depan kembali ke Surga dan akan membawah satu orang lagi. Ini akan merupakan perjalanan ke dua ke Surga untuk tugas yang masih menjadi “rahasia” baginya dan juga kepada orang lain yang akan menyertainya nanti.

Pedalaman
Dari pengalaman bahana yang berkunjung kampung Tamorron yang cukup melehakan guna menyaksikan perisitwa ini melihat begitu antusiasnya warga masyarakat khususnya pemuda mengikuti ibadah. Pada ibadah tanggal 29 Juli 2008 hadir sekitar 450 orang yang pada umumnya pemuda, menurut sejumlah tokoh masyarakat dan Majelis Gereja merupakan sebuah jumlah yang cukup besar apalagi kalau mengingat kampung ini dari segi jumlah penduduk cukup sedikit dan antara kampung yang satu dengan yang lainnya cukup berjauhan.

Pesan
Kalau melihat kegiatan yang dilakukannya, maka tentu orang yang belum memahaminya heran, karena selalu main hp. Tapi rupanya, pesan disampaikan lewat hpnya. Pesan yang diterima lewat Hpnya yaitu: Jangan menjudi, jangan merokok dan jangan minum berlebihan (jangan sampai mabuk). Begitu juga kalau mengadakan penyembuhan harus ada perintah lewat hp, kalau tidak maka tidak dapat melakukan penyembuhan. Juga dalam berkhotbah.

Mulanya
Mulai sakit sejak tanggal 15 Juli 2008, dimana Lily sudah mulai sakit sejak jam 17.00 dia sudah merontah-rontah seperti orang gila sehingga tetangga yang pada umumnya adalah keluarga datang ke rumah mereka. Saat itu, ayahnya baru kembali dari kebun dan sebelum masuk ke dalam halaman rumah berdoa dalam hatinya: “Mohon pertolongan Roh Kudus untuk mengusir roh jahat”. Dan ketika naik ke atas rumah menemukan anaknya Lily dijaga oleh beberapa orang, kemudian ayahnya dalam keadaan menangis melihat anaknya seperti “orang gila” kemudian menciumnya.
Dalam keadaan demikian Y. Rera diminta berdoa dan sesudah itu dia kembali ke rumahnya dan tinggallah Lily dan ayahnya. Dalam keadaan demikian kedua orang tuanya bertobat dan mengakui bahwa selama ini kedua orang tuanya sangat keras dalam mendidik anak-anaknya.
Dalam keadaan Lily masih belum sadar, ayahnya mengambil Alkitab yang ada disamping Lily, dan sesudah ayahnya berdoa, Lily mulai sadar dan orang semakin banyak datang melihat keadaan yang terjadi.
Tgl. 16 Juli 2008 Lily Sakit lagi seperti orang gila dan mau lari. Dalam demikian, orang tua Lily semakin menyadari bahwa mereka harus bertobat, membuka Alkitab, menyanyi dan berdoa.Kalau keadaan mengalami ketidak sadaran maka Lily dipegang tangannya oleh keluarga dan orang tua.

Disangka gila
Sore hari pada tanggal 16 Juli 2008, ada dokter datang memeriksa Lily, dan hasilnya, orang tuanya diminta membawah Lily ke Palopo besok kalau tidak perubahan dan selanjutnya dibawah ke Makassar di RS Dadi (RS Dadi adalah Rumah Sakit orang gila) yang ada di Makassar.
Pertobatan
Sejak peristiwa ini, ada beberapa orang yang sudah dicoba didamaikan karena berbagai sengketa tetapi tidak berhasil. Bahkan ada yang mengatakan, nanti kami damai kalau ada orang turun dari langit untuk mendamaikan kami. Tapi lewat Lily sebagai alat yang dipakai Tuhan orang ini didamaikan dengan jalan mengakui dosanya kemudian didoakan oleh Lily kemudian saling berangkulan minta maaf.
Dalam menjalankan pelayanannya dibidang pengobaan (pengobatan jasmani dan rohani) Lily setelah mendapatkan ilham/perintah dari Tuhan lewat hpnya memakai tiga model yaitu: mengobati dengan jalan dipanggil kemudian ditanya dan didoakan. Kedua, mengobati dengan jalan bertobat (pengukuan dosa oleh yang bersangkutan) kemudian penyembuhan dengan jalan didoakan oleh Lily. Dan ketiga, dengan menyanyi kemudian sembuh. Juga ada yang dipegang atau dielus bagian yang sakit maka sembuh. Tapi ingat, tidak setiap saat dan tidak semua dapat sembuh. Penyembuhan dilakukan kalau ada perintah dari Tuhan dan sembuh kalau ada pertobatan secara sungguh-sungguh dan juga tidak berbuat pelanggaran lagi.

Peserta ibadah berlimpah
Sesudah peristiwa ini berlangsung dua minggu, maka setiap hari minggu, setiap jemaat penuh dengan warga jemaat yang mau mengikuti ibadah, dan sangat berbeda sebelumnya, dimana Majelis Gereja capek menungguh masih adakah lagi orang yang mau datang beribadah?.

Berkunjungu ke Sinode
Lily yang sudah mendapat mujizat dari Tuhan, tanggal 4 Agustus 2008 lalu bersama keluarga datang ke Kantor Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja dan mengadakan pertemuan dengan sejumlah staff dan Pengurus. Hal ini dilakukan sebagai sebuah silaturahmi antara warga jemaat dengan pemimpin mereka.

Bastem
Bastem merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Luwu. Namun dari segi etnis, adalah bagian dari Etnis Toraja dan kebanyakan beragama Kristen Protestan.
Perjalanan dari Toraja ke Bastem dapat ditempuh dengan dua jalur yaitu dari Toraja lewat beberapa daerah ke arah Timur dimana dapat naik ojek dengan biaya Rp. 100.000,- - Rp. 150.000,- dan dari Toraja ke Palopo kemudian ke Bastem. Biayanya hampir sama dan dapat ditempuh dalam 3-4 jam tergantung kondisi jalan.

Aleksander Mangoting